Abstract:
Pandemi Covid 19 merupakan masalah kesehatan yang berdampak luas bagi masyarakat dan
perekonomian yang terjadi dalam skala lokal maupun internasional, Kabupaten Banjar sebagai
salah satu Kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan juga mengalami hal yang sama.
Perekonomian tahun 2019 tumbuh positif yaitu sebesar 4,51 persen, tahun 2020 mengalami
kontraksi sebesar -1,96 persen dan di tahun 2021 mulai membaik tumbuh 3,21 persen meskipun
demikian belum sama dengan situasi sebelum pendemi. Kontributor terbesar dalam
perekonomian Kabupaten Banjar bersumber dari Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan,
dan sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, yang
pertumbuhannya juga mengalami kontraksi saat terjadi Pandemi. Posisi geografis Kabupaten
Banjar yang berbatasan langsung dengan ibukota Provinsi Kalimantan Selatan juga berfungsi
sebagai daerah penyangga yang banyak memberikan layanan seperti area tempat tinggal dan
sebagai penyokong kebutuhan pangan, selain itu wilayah ini juga memiliki budaya religi islami
dengan tokoh-tokoh yang namanya sangat terkenal sampai mancanegara, serta bentang alam
yang indah sehingga memiliki potensi yang cukup besar sebagai obyek wisata.
Berdasarkan data BPS (2022) ada 5 jenis obyek wisata di Kabupaten Banjar yaitu Religi dan Ziarah,
Sejarah dan Budaya, Buatan dan Edukasi, Kuliner dan Agrowisata serta Alam dan rekreasi. Untuk
pengembangan obyek wisata sebagai upaya peningkatan perekonomian daerah, diperlukan
penentuan prioritas obyek mana yang yang harus dipilih ditengah keterbatasan sumber dana
daerah, sehingga melalui penelitian ini akan terjawab sektor mana yang akan berpotensi untuk
dikembangkan berdasarkan daya dukungnya melalui 4 A+I (Attraction, amenity, accessibility,
anciliry services dan Institutions).
Data dalam penelitian ini merupakan data primer dan sekunder yang dikumpulkan dengan teknik
wawancara terhadap key informan dan teknik dokumentasi yang bersumber dari publikasi dari
Badan Pusat Statistik dan insitusi/lembaga terkait lainnya. Metode yang digunakan untuk
menganalisis prioritas pengembangan pariwisata sebagai alternatif potensi ekonomi di
Kabupaten Banjar dilakukan dengan menggunakan Analisis Hirarki Proses ( AHP ), pertama kali
dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, AHP didesain untuk menangkap secara rasional presepsi
orang yang berhubungan sangat erat dengan permasalahan tertentu melalui prosedur yang
didesain untuk sampai pada suatu skala preferensi diantara berbagai set alternatif. (Saaty, 1993).
Prioritas pengembangan pariwisata berdasarkan daya dukung pengembangan obyek wisata
berdasarkan kriteria 4A plus I di Kabupaten Banjar, dengan prioritas pertama pada Wisata; Religi
dan Ziarah, Alam dan Rekreasi, Sejarah dan Budaya, Kuliner dan Agrowisata, dan Buatan Edukasi.
Berdasarkan hasil analisis AHP ini Pemerintah Daerah Kabupaten Banjar dapat memprioritaskan
penggunaan sumber dana untuk pengembangan pariwisata Religi dan Ziarah, Kabupaten Banjar
yang dikenal sebagai Kota Santri dan juga Serambi Mekkah memiliki magnet dalam sektor
pariwisata seperti Haul Guru Sekumpul, Syekh Arsyad Al Banjari yang dikenal dengan Datu
Kelampayan di Kabupaten Banjar yang mampu mendatangkan banyak orang untuk dating dan
berkunjung, harus dapat dimanfaatkan sebagai moment untuk menawarkan wisata lainnya
sehingga lamanya kunjungan yang berdampak pada meningkatnya permintaan pada sektor
akomodasi, transportasi, perdagangan, serta restoran akan meningkatkan dan menambah
jumlah uang beredar di Kabupaten Banjar.