Abstract:
Penelitian "Transformasi Model CIPPO untuk Evaluasi Holistik Program Bimbingan
dan Konseling dalam Kurikulum Merdeka" merupakan lanjutan dari kajian
sebelumnya yang berfokus pada penerapan model CIPPO (Context, Input, Process,
Product, Outcome) dalam mengevaluasi layanan bimbingan dan konseling di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pada tahap ini, penelitian melibatkan validasi
instrumen angket yang digunakan untuk mengevaluasi program tersebut. Validasi
awal menunjukkan 20 item dari 74 item angket siswa tidak valid, serta 5 item dari
26 item angket alumni tidak valid. Setelah revisi, instrumen memperoleh
reliabilitas tinggi dengan Cronbach’s Alpha 0,968 untuk siswa dan 0,908 untuk
alumni. Hal ini menunjukkan instrumen tersebut siap digunakan untuk analisis
lebih lanjut.
Hasil analisis evaluasi menunjukkan perbedaan signifikan antara dua SMK yang
menjadi subjek penelitian, yakni SMKN 3 dan SMKN 4 Banjarmasin. SMKN 4
Banjarmasin menunjukkan hasil yang lebih tinggi di seluruh komponen CIPPO.Pada komponen konteks, SMKN 4 mencatat rata-rata skor 3,56 dibandingkan 2,73
di SMKN 3, yang menegaskan kesiapan kebijakan dan dukungan fasilitas yang lebih
baik. Komponen input dan proses juga menunjukkan skor yang lebih tinggi di
SMKN 4, mengindikasikan keunggulan dalam sumber daya guru bimbingan dan
konseling dan pelaksanaan layanan bimbingan. Dalam komponen outcome,
dampak jangka panjang pada kesiapan siswa untuk dunia kerja lebih signifikan di
SMKN 4 dengan skor 3,33 dibandingkan 2,89 di SMKN 3.
Penelitian ini menegaskan efektivitas model CIPPO sebagai alat evaluasi holistik
untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan layanan bimbingan dan konseling
dalam mendukung Kurikulum Merdeka. Penelitian selanjutnya disarankan untuk
memperluas cakupan sekolah dan mempertimbangkan kombinasi metode
kuantitatif dan kualitatif untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam.
Pemerintah diharapkan meningkatkan alokasi sumber daya untuk mengurangi
disparitas antarsekolah, sementara dukungan kebijakan dan pelatihan guru
bimbingan dan konseling perlu diperkuat untuk memaksimalkan potensi
Kurikulum Merdeka.