Description:
Kalimantan Selatan merupakan salah satu wilayah di Kalimantan, memiliki garis pantai sepanjang 1.330 km, perairan umum 1.000.000 ha, kolam 2.400 ha, tambak 53.382 ha dan minapadi/sawah 3.752 ha. Produksi perikanan Kalimantan Selatan diperkirakan pada tahun 2013 mencapai 339.437,3 ton, yang terdiri dari perikanan tangkap mencapai 241.704,2 ton dan perikanan budidaya sebesar 97.733,1 ton. Produksi perikanan tangkap di laut memberikan kontribusi terbesar bagi pembangunan sektor perikanan dan kelautan. Untuk menjadi output lebih optimal perlu dilakukan proses mengacu standarisasi industri. Penerapan Standarisasi pada industri merupakan keharusan, baik pada industri besar,menengah ataupun industri kecil. Untuk UMKM sendiri memperhatikan penggolongan industri berdasarkan asset dan omset dikelompokkan pada usaha kecil,mikro dan menengah. Penelitian bertujuan mendiagnosis penerapan standarisasi pada industri khususnya UMKM pengolahan ikan dan supporting material dalam proses pengolahan menjadi produk industri. Metodelogi yang digunakan adalah survey, observasi lapangan dan FGD (focus group discusion) pada SDM yang terlibat dalam sistem. Dengan memperhatikan kriteria utama dan kriteria lainnya serta faktor dominan dari industri yang berkesesuaian dengan TQM-Handbook, selanjutnya dianalisis menggunakan TQM-Radar Chart. Studi kasus dilakukan pada 3 (tiga) Industri Pengolahan Hasil Laut di Kalimantan (A,B,C)dan 2 (dua)industri penunjang berupa industri pengolahan bahan tambahan alami untuk meningkatkan nilai tambah berupa gula aren asli (Industri D) dan industri pengolahan rempah dan fitopharmaka (Industri E). Berdasarkan hasil FGD memunculkan beberapa faktor penting dan mewakili bilamana hal tersebut dijadikan sebagai dasar analisis. Faktor-faktor tersebut adalah Visi, Misi, Culture (VMC); Perencanaan (P); Kepuasaan Pelanggan (KP); Standarisasi (S); Sanitasi/kebersihan (K); Inspeksi (I); Edukasi (E); Pemasaran (P) dan Dokumentasi (D). Skala numerik yang diberikan pada masing-masing faktor dari 1- 5, dimana 1 adalah kondisi ‘poor’ dan 5 adalah kondisi ‘excellent’. Hasil evaluasi mengacu tabel checklist yang sebelumnya sudah di verifikasi dan validasi, perolehan nilai numerik untuk Industri yang bergerak di bidang pengolahan ikan memiliki pencapaian rata-rata di atas 80%, sementara pada industri pengolahan bahan pendukung seperti gula aren,penerapan standarisasi masih rendah yaitu kurang dari 60%, sementara pada industri rempah dan fitofarmaka pencapaian sudah di atas 60%. Sesuai hasil kajian yang diperoleh yaitu dari 5 (lima) industri yang berbasis pemberdayaan produk industri unggulan daerah sesuai kriteria industri yang ditetapkan, 3 (tiga) UMKM sudah memberikan pencapaian hasil di atas 82%. Rekomendasi yang bisa diberikan bahwa penerapan standarisasi khususnya pada proses pengolahan komoditas ikan perlu disosialisasikan ke masyarakat secara berkelanjutan dalam program yang sinergi dengan HACCP Pangan.