Description:
Sebagai penguat pada beton, baja harus bisa menyatu secara utuh dan mendukung kekuatan beton. Baja tulangan harus dibentuk dan diikat bersama-sama sebelum beton dituangkan sehingga diperoleh bangunan yang kokoh tetapi lentur. Pada kasus gempa Sumatera Barat tahun 2009,
sebagian dari bangunan rumah dan gedung yang roboh disebabkan karena baja tulangan tidak dipasang secara sempurna. Banyak dari tulangan beton tidak dibengkokan secara sempurna sehingga tidak saling mengikat dengan tulangan beton lainnya. Studi pendahuluan menunjukkan
bahwa baja tulangan memiliki keuletan yang rendah karena berstruktur ferrit dan pearlit dengan cementit yang memanjang sehingga sulit dibengkokan. Selanjutnya saat gempa, gerakan bangunan tidak diakomodasi oleh defleksi baja sehingga ikatan baja dan beton mudah lepas. Untuk
memperbaiki keuletan tersebut diperlukan proses perlakuan panas sehingga merubah struktur mikro dari baja sehingga lebih ulet. Pada penelitian ini telah dilakukan proses pemanasan dan penahan tunda (spheroidizing) baja tulangan (ASTY) pada temperatur 720oC selama 1, 10, 30 dan 100 jam. Kemudian dilakukan pengujian keras dan pengujian tarik pada setiap tahapnya. Evolusi struktur mikro pada setiap tahap diamati dengan scanning electron microscopy (SEM) dan energy dispersive x-ray analysis (EDX).
Hasil pengujian dan pemeriksaan menunjukkan struktur spheroidite sementite terbentuk merupakan fungsi waktu tahan. Struktur memanjang sementit bisa berubah secara bertahap menjadi bulat setelah 100 jam waktu tahan. Selajutnya terjadi peningkatan keuletan signifikan namun dengan penurunan kekuatan yang tidak signifikan sehingga masih diatas kriteria minimum SNI (2052) TP 24 (minimal 380 MPa).
Kata kunci : Baja tulangan Keuletan rendah, spheroidizing, spheroidite sementite, keuletan naik.