Description:
Kayu galam atau Melaleuca cajuputi merupakan spesies yang tumbuh alami di hutan rawa, yang sering dimanfaatkan untuk kontruksi perumahan, dikarenakan kayunya sangat kuat (kelas kuat II dan kelas awet III). Jenis kayu ini sebenarnya relatif mudah ditanam pada daerah rawa, namun sampai saat ini masih jarang yang tertarik untuk membudidayakannya. Hal ini sangat disayangkan mengingat kayu jenis ini cocok tumbuh di daerah rawa dan baik digunakan untuk tiang penyangga rumah panggung yang banyak ditemukan di daerah rawa ataupun untuk siring pada daerah yang berair. Selain itu kayu galam memiliki berat jenis yang tinggi dan berpotensi untuk dijadikan bahan baku arang dan pelet kayu (energi biomassa). Budidaya galam secara biji memang sangat sulit untuk dilakukan. Selama ini perbanyakan galam menggantungkan dari perbanyakan secara alami, yaitu tumbuhnya biji galam setelah terjadinya proses kebakaran atau dengan perbanyakan vegetatif, dengan meninggalkan anakan atau terubusan yang ada pada batang. Akibatnya tumbuhan galam tidak bisa terseleksi sejak awal. Kayu galam yang tumbuh, tidak lurus dan bengkok-bengkok.. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dilaksanakan, dengan tujuan agar dapat menentukan teknik budidaya kayu galam yang tepat, sehingga nantinya didapatkan tanaman galam yang unggul dan dapat dijadikan sumber kayu galam terutama yang paling baik untuk digunakan sebagai bahan penunjang konstruksi bangunan rumah tradisional di areal lahan basah (seperti yang ada di wilayah Kalimantan Selatan). Untuk tujuan tersebut, maka telah dilakukan serangkaian penelitian untuk menentukan teknik budidaya kayu galam melalui biji, yaitu: dengan menentukan pohon sumber benih unggul, menentukan teknik atau metode perlakuaan terhadap biji dan pemilihan media tanam yang cocok untuk dipergunakan. Teknik dan metode yang diterapkan mengadopsi dari perbanyakan biji secara alami,hanya saja pada budidaya ini biji sudah diseleksi terlebih dahulu dari pohon unggulan. Biji disangrai terlebih dahulu, lalu direndam dalam larutan asam, dan ditanam di media terpilih. Perlakuan terhadap biji tersebut, mengadopsi proses biji galam yang ada di alam, dimana sebelum tumbuh, biji galam terbakar pada musim kemarau dan baru tumbuh kembali disaat musim hujan. Kondisi habitat yang asam dibuat dengan menyiapkan larutan asam (dari cuka kayu) sebagai bahan perendam biji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biji yang disangrai, direndam dalam larutan asam, lebih mudah dan lebih banyak tumbuh daripada biji yang tidak mendapatkan perlakuan. Adapun media tanam yang paling tepat adalah arang. Secara keseluruhan, usaha budidaya galam melalui pembiakan secara generatif dengan biji ini memang sangat sulit. Meskipun demikian penelitian mengenai teknik budidaya galam melalui biji ini harus terus dilaksanakan agar ke depannya dapat dihasilkan tanaman galam dengan kualitas yang baik (lurus, tidak bengkok), terutama jika kayu ini akan digunakan sebagai bahan bangunan atau konstruksi.
Kata kunci: galam,budidaya, pembiakan secara generatif, larutan asam, sangrai.