Description:
Dalam kehidupan sehari-hari, Suku Dayak Bukit di Kalimantan Selatan hanya dikenal sebagai masyarakat peladang berpindah (gilir-balik) namun demikian sesungguhnya aktivitas berladang (bahuma) tersebut merupakan pekerjaan utama dan suci bagi mereka. Padi, sebagai “tanaman langit”, wajib dipelihara kehidupannya dan disuci kan sebagaimana asalnya. Keyakinan ini dalam struktur inti-nilai-budaya Suku Dayak Bukit merupakan landasan kepercayaan dan berbagai aktivitas ritual yang mengikutinya. Bentuk kepercayaan dan berbagai upacara adat yang mengikutinya inilah yang dikenal sebagai religi huma Suku Dayak Bukit. Selain itu, balai adat, sebagai hunian tradisional Suku Dayak Bukit ternyata juga tidak lepas dari pengaruh budaya berladang (bahuma) ini. Dengan kata lain makna arsitektural balai adat tentunya terbentuk dari pengaruh budaya huma. Untuk itulah penelitian ini bertujuan menjelaskan makna yang terangkum dalam wujud fisik vernakularitas balai adat dikaitkan dengan budaya huma. Penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif-naturalistik dengan metode wawancara mendalam dan observasi lapangan untuk pengumpulan datanya. Sedangkan metode analisis menggunakan analisis deskriptif-interpretiv.
Kata kunci: makna, budaya huma, religi huma, Suku Dayak Bukit, arsitektur vernakular