Abstract:
Perkembangan kota dan pertumbuhan permukiman yang cenderung tidak terkendali menjadi tantangan terhadap kebertahanan identitas dan lokalitas sebuah kota. Sejatinya permukiman vernakular di tepian sungai Kota Banjarmasin menjadi role pembangunan hunian dan keruangan yang dapat diadaptasi tanpa kehilangan unsur lokalitasnya. Faktanya, dengan segala kemajuan disegala bidang, fenomena identitas keruangan dan indikasi perubahan keruangannya belum teridentifikasi secara arsitektural. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi identitas keruangan tepian sungai dan perubahannya serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhinya. Tujuan penelitian ini menemukan identitas keruangan sebagai acuan pengembangan dan penguatan karakter permukiman. Sedangkan hasil analisis pola perubahan keruangan dapat digunakan sebagai alat prediksi perubahan dan menjadi bahan pertimbangan pengembangan pada pelestarian keruangan vernakular di tempat lainnya. Metode studi kasus dengan kasus tunggal pada Kampung Kuin disertai proposisi identitas dan perubahan menjadi landasan berjalannya penelitian ini. Hasil penelitian ini mengungkapkan identitas keruangan arsitektur tepian sungai di Banjarmasin terdiri dari komponen rumah lanting, rumah bantaran sungai, rumah tepi sungai, titian, batang, dermaga, dan jamban. Identitas non fisik terlihat pada budaya kehidupan sungai dengan aktivitas masyarakatnya yang masih memiliki keterikatan dengan fungsi sungai. Terdapat 4 (empat) pola perubahan ke Identitas Banjarmasin sebagai kota sungai tergambar dari arsitektur tepian sungai dan aktivitas masyarakatnya yang masih memiliki keterikatan dengan fungsi sungai. ruangan tepian sungai yaitu 1) cara berhuni dan beraktivitas yang berbasis kehidupan sungai ke berbasis darat, 2) cara tinggal dari bersinggah ke bertambat dan menetap, 3) fungsi hunian tunggal ke hunian produktif, 3) material konstruksi alami ke pabrikasi, 4) Tradisi membangun dan berhuni berbasis adat dan religi ke praktis privasi ekonomis.