Abstract:
Anestrus post partum yang panjang dan kawin berulang telah diidentifikasi sebagai penyebab rendahnya efisiensi reproduksi Sapi Brahman Cross. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi penyebab anestrus post partum pada sapi induk Brahman Cross ditinjau dari aspek pakan dan mengidentifikasi penyebab kegagalan kebuntingan setelah di IB ditinjau dari aspek tatalaksana reproduksi serta teknologi Radioimmunoassay (RIA) digunakan untuk mendiagnosa kelainan reproduksi pada sapi induk.
Identifikasi penyebab anestrus post partum pada sapi induk Brahman Cross menggunakan 9 ekor sapi induk Brahman Cross yang mempunyai berahi post partum melebihi 90 hari yang ada di P2DTP2T Fakultas Pertanian Unlam. Pengamatan berupa tatalaksana pemberian pakan, analisis kandungan nutrisi pakan, analisis kadar glukosa darah dan konsentrasi urea plasma darah, penilaian skor kondisi induk, dan analisis kadar hormon progesteron dengan teknologi RIA. Identifikasi penyebab kegagalan kebuntingan sapi induk Brahman Cross setelah di IB menggunakan 14 ekor sapi induk Brahman Cross yang telah melahirkan dan telah di IB lebih dari dua kali (S/C> 2), namun tidak terjadi kebuntingan, 4 ekor diantaranya berasal dari P2DTP2T Faperta Unlam dan 10 ekor dari Kelompok Ternak Maju Bersama, Desa Ujung Batu Kecamatan Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut. Pengamatan berupa penilaian semen beku, wawancara kepada peternak dan inseminator tentang pelaksanaan IB, dan analisis kadar hormon progesteron dengan teknologi RIA.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, anestrus post partum pada sapi induk Brahman Cross ditinjau dari aspek pakan disebabkan kandungan nutrisi ransum dibawah standar kebutuhan terutama kandungan protein, kemudian kandungan mineral makro berupa P yang defisien dan rasio Ca : P tidak berimbang, serta mineral mikro yang diduga kuat defisien yaitu mineral Co dan I juga defisien namun gejala defiensi dari mineral tersebut tidak nampak. Kegagalan kebuntingan pada sapi induk Brahman Cross yang dipelihara oleh peternak, ditinjau dari aspek tatalaksana reproduksi terutama disebabkan oleh ganguan reproduksi dengan ovarium yang tidak bersiklus.