Description:
Pada budidaya karet penyakit jamur akar putih (Rigidoporus lignosus) adalah penyakit yang paling merugikan
di antara penyakit-penyakit akar yang dikenal. Meluasnya penyakit jamur akar putih (Rigidoporus lignosus) akan
menghambat atau menggagalkan usaha peremajaan dan perluasan tanaman karet. Sebagai upaya perlindungan tanaman
dapat dilakukan pencegahan terhadap kejadian penyakit jamur akar putih dengan menanam tumbuhan antagonis
disekitar tanaman karet yang sehat atau disekeliling tunggul bekas karet tua seperti lidah mertua yang ternyata dapat
menghambat serangan jamur akar putih. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menguji efektivitas lidah
mertua (Sanseviera trifasciata) terhadap penyakit jamur akar putih yang menyerang tanaman karet. Penelitian dimulai
dengan melakukan eksplorasi jenis lidah mertua yang berpotensi sebagai tanaman antagonis terhadap jamur akar putih
di Perkebunan Karet Rakyat Kabupaten Balangan dan dilakukan uji fitokimia kemudian dilakukan Uji Efektivitas
Secara In Vitro dengan menguji jenis dan dosis setelah didapatkan jenis lidah mertua yang terbaik dilanjutkan dengan
Uji Efektivitas Secara In Vivo (Uji Lapang) dengan menguji perlakuan jarak tanam lidah mertua mulai 10 cm, 20 cm
dan 30 cm dari pohon karet. Eksplorasi jenis lidah mertua di perkebunan karet rakyat mendapatkan 3 (tiga) jenis lidah
mertua yaitu Sanseviera trifasciata Laurentii, Sanseviera trifasciata Prain dan Sanseviera trifasciata Hahnii. Ketiga
jenis lidah mertua tersebut kemudian di uji efektivitas secara in vitro, penelitian menunjukkan bahwa lidah mertua yang
terbaik dalam menghambat pertumbuhan jamur akar putih adalah Sanseviera trifasciata Laurentii dengan dosis 5 ml
atau konsentrasi 0,5 % dalam media PDA walaupun hasil analisis data menyatakan tidak berpengaruh nyata akan tetapi
secara kasat mata dapat dilihat penghambatannya. Hal ini sejalan dengan hasil uji fitokimia dimana kandungan bahan
aktif dari Sanseviera trifasciata Laurentii adalah senyawa pregnane glikosid yaitu : 1-beta,3-beta-dihydroxypregna-
5,16-dien-20-one glikosid (atau disebut saponin glikosid triterpen) yang tinggi dibandingkan dengan S. trifasciata var.
Prainn dan S. trifasciata var. Hahni dimana senyawa tersebut dapat menguraikan enzim beracun yang diantaranya
adalah kloroform, benzen, xilen, formaldehid, dan triklorotilen. Sementara pada jamur menghasilkan enzim tersebut
untuk proses morfogenesis. Kemudian Sanseviera trifasciata Laurentii di uji lapang dengan perlakuan jarak tanam.
Hasil Uji lapang pada tingkat serangan ringan Sanseviera trifasciata Laurentii tidak berpengaruh nyata dengan rata-rata
keparahan penyakit 0,58%. Pada tingkat serangan sedang-berat berpengaruh nyata dengan rata-rata keparahan penyakit
0,67-0,69 %. Pada tingkat serangan berat menunjukkan berpengaruh nyata dengan rata-rata keparahan penyakit 0,82-
0,86 %. Hasil analisis penekanan penyakit pada masing-masing perlakuan S1 yaitu perlakuan penyiraman fungisida
bayleton tidak berpengaruh nyata dengan rata-rata penekanan penyakit 0.13%, S2 yaitu perlakuan penanaman S.
trifasciata Laurentii dengan jarak tanam 10 cm dari tanaman karet tidak berpengaruh nyata dengan rata-rata penekanan
penyakit 0,20 %, S3 yaitu perlakuan penanaman S. trifasciata Laurentii dengan jarak tanam 20 cm dari tanaman karet
berpengaruh nyata dengan rata-rata penekanan penyakit 0,29 % dan S4 yaitu perlakuan penanaman S. trifasciata
Laurentii dengan jarak tanam 30 cm dari tanaman karet tidak berpengaruh nyata dengan rata-rata penekanan penyakit
0,25 %.
Kata kunci: lidah mertua, jamur akar putih, karet