dc.description |
Bersahabat dengan alam menjadi lebih populer karena sejalan dengan ungkapan environment-friendly, jika diterjemahkan secara bebas berarti ramah lingkungan; yang merupakan bagian dari kurikulum sekolah di Negara Australia.
Topik ini diangkat secara kebetulan beriringan dengan Hari Lahan Basah dunia yang ditetapkan setiap tanggal 2 Pebruari. Lahan basah menjadi penting ditinjau dari aspek apa saja, baik dari sisi habitat, flora, fauna, maupun biologi sosial. Bahkan menjadi mata kuliah wajib pada jenjang Progam Magister Pendidikan Biologi Unlam.
Mengingat nilainya yang tinggi itu pula di Provinsi Kalimantan Selatan lahan basah menjadi “rebutan” berbagai kepentingan, masalahnya adalah apakah lahan basah dikelola menjadi lebih baik atau menuju kerusakan? Konversi lahan basah memang tidak dapat dihindari, dan hal ini sudah berlangsung sejak zaman dulu, baik sebagai tempat pemukiman, perkebunan, persawahan pengembangan pusat kota, dan sebagainya. Tentu saja cara-cara pengelolaan ketika itu penuh dengan kearifan.
Pengelolaan lahan basah yang spektakuler telah dimulai sejak abad ke-19. Adalah Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari yang menerapkan konsep ihya-ul mawat (menghidupkan tanah mati) Konsep ini pada dasarnya mengeringkan rawa secara periodik melalui pembuatan sungai dan anak-anak sungai. Bagi lahan basah yang dipengaruhi pasang surut, maka ketika air pasang ia memasuki rawa-rawa, dan ketika surut kembali ke sungai induk dengan membawa logam-logam berat yang ada di air dan keasaman air. Melalui cara ini dikenal orang persawahan tumpang sari. Bagian yang berair ditanami padi dan tanah hasil tabukan ditanami tanaman keras.
Pendidikan tentang lahan basah khususnya yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan perlu diperhatikan, agar keanekaragaman hayati yang ada pada lahan basah tidak rusak dan punah. Perlunya pendidikan ini guna memperbaiki dan melestarikan lahan basah untuk bekal generasi selanjutnya yang akan meneruskan pelestarian keanekaragaman hayati lahan basah yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan
Pendidikan lingkungan telah diintegrasikan pada kurikulum sekolah, bukan pada satu mata pelajaran, akan tetapi melalui subyek lain (pengetahuan, bahasa, berhitung, dan sebagainya. Hal ini diartikan dengan menuangkan (infussion) materi pendidikan lingkungan ke dalam berbagai mata pelajaran, sehingga pendidikan di sekolah bernuansa lingkungan, yang diharapkan implikasinya berpengaruh positif bagi siswa dalam mengadopsi dimensi laten pendidikan lingkungan.
Kata Kunci: pendidikan lingkungan, pendekatan lingkungan, lahan basah, pengetahuan sikap, keterampilan, kesadaran |
|