Abstract:
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, volume limbah kayu yang terjadi di lapangan sangat
besar, bahkan diduga mencapai 60 juta m3/tahun. Limbah kayu ini ditinjau dari sudut teknologi sangat layak
digunakan sebagai bahan baku industri pulp dan kertas, MDF, papan partikel, papan semen wol, papan
semen partikel, papan sambung, mebel dan moulding.
Jika ditinjau dari daur alam, maka proses alamiah sama sekali tidak menghasilkan limbah karena
tidak ada yang terbuang atau tersisa. Limbah dari sebuah organisme menjadi bahan baku untuk organisme
yang lain. Jadi, kalau pendekatan ekologi seperti itu bisa diterapkan pada industri hasil hutan dan industri
lain, tentunya masalah limbah dan polusi atau pencemaran yang diakibatkannya bisa diatasi. Di Denmark
telah dilakukan sebuah percobaan ekosistem industrial. Pada suatu daerah dibangun sekelompok industri
yang saling berhubungan (networked) satu sama lain. Limbah dari sebuah pabrik semen dialirkan ke sebuah
pabrik papan gipsum. Kelebihan energi panas dari pabrik papan gipsum dialirkan untuk memanaskan
sekelompok rumah kaca tempat berkebun sayur-mayur. Limbah dari perkampungan para pekerja ketiga
industri itu diolah menjadi pupuk bagi sayur-mayur di rumah kaca. Keadaaan yang terjadi di sana adalah
sirkuit tertutup dari aliran berbagai material dan energi. Nyaris tak ada limbah yang terbuang. Semua limbah
- 4
diprogram secara cerdas untuk menjadi bahan bagi yang lain, sebuah sirkuit yang meniru fenomena
penciptaan produk ramah lingkungan disebabkan oleh mulai meningkatnya kepedulian konsumen akan
produk yang berwawasan lingkungan. Konsumen, atau pengguna produk, mulai sadar akan dampak produk
terhadap lingkungan, mulai dari proses produksinya, distribusi dan masa pemakaiannya, hingga saat akhir
penggunaannya. Sehingga konsumen masa kini, yang dihadapkan pada pilihan produk yang sangat
beragam, selain memilih yang terbaik untuk mereka, juga cenderung memilih yang terbaik bagi lingkungan.
Sektor konstruksi merupakan proporsi terbesar dalam penggunaan sumber daya alam, penggunaan
lahan dan ekstraksi material. Penggunaan energi, generasi limbah padat dan cair, transportasi bahan
konstruksi dan penggunaan bahan berbahaya adalah contoh lebih lanjut dari dampak lingkungan negatif dari
sektor ini. Di negara-negara OECD (Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan), bangunan
menyumbang untuk 25-40% dari total penggunaan energi. Sektor konstruksi memberikan kontribusi hingga
40% pengurangan emisi gas rumah kaca, terutama dari penggunaan energi selama masa bangunan itu
berdiri. Identifikasi peluang untuk mengurangi emisi ini telah menjadi prioritas dalam upaya global untuk
mengurangi perubahan iklim.