dc.description.abstract |
Penelitian ini memfokuskan pada uraian konflik sosial Kabupaten Hulu Sungai
Selatan dan kaitannya dengan pengembangan ekowisata. Hal ini dikarenakan
ekowisata berkontribusi positif terhadap perekonomian mikro dan makro. Di
samping itu, ekowisata adalah suatu bentuk lanjutan dari wisata berbasis
sumberdaya alam yang inti pokoknya berdasarkan pada pendidikan dan
pembelajaran yang menyangkut alam, dengan pengelolaan yang dapat
meminimalisir dampak, non konsumtif, dan berorientasi lokal/kontrol, keuntungan
dan skala. Namun, tentunya pengembangan ekowisata di daerah secara optimal
memerlukan strategi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, penguatan
kelembagaan, serta pemberdayaan masyarakat dengan memperhitungkan kaidahkaidah ekonomi, sosial, ekologi, serta yang melibatkan pemangku kepentingan
dalam hal mengelola potensi ekowisata. Berdasarkan urgensi pemetaan daerah
rawan konflik dan keberadaan ekowisata di Kabupaten Hulu Sungai Selatan,
penelitian ini mengerucutkan pada analisis model resolusi konflik yang
dibutuhkan. Adanya resolusi konflik sebagai sebuah tindakan pemecahan masalah
yang dilakukan bersama (solve a problem together). Penelitian ini merupakan
penelitian yang didesain dengan pendekatan kualitiaf metode etnografi. Adapun
tujuan penelitian, yaitu; 1) mendeskripsikan profil ekowisata di Hulu Sungai
Selatan; 2) mendeskripsikan bentuk konflik yang muncul disebabkan
pengembangan ekowisata di Hulu Sungai Selatan; dan 3) menganalisis model
resolusi konflik internal Suku Dayak terhadap pengembangan ekowisata di Hulu
Sungai Selatan. Hasil penelitian mendeskripsikan bahwa Pemaknaan ekowisata
sendiri dalam penelitian ini mengkerucut pada tiga destinasi wisata utama di
Kecamatan Loksado, yaitu: Pemandian Air Panas Tanuhi, Air Terjun Riam Hanai,
dan Air Terjun Haratai. Adapun paparan profil ekowisata. Bentuk konflik yang
terjadi di Kecamatan Loksado terjadi karena dua hal utama, yaitu: 1) kesenjangan
pembangunan infrastruktur penunjang destinasi wisata, dan 2) Kesenjangan
pendapatan antar pengelola destinasi yang berimpilkasi terhadap kesejahteraan
masyarakat sekitar. Bagi masyarakat yang tinggal di Desa Loksado
pengembangan ekowisata sangat menguntungkan masyarakat. Hiruk pikuk
aktivitas perekonomian perlahan bergerak dan menjadikan mereka mendapatkan
side income di luar dari rutinitas sebagai petani maupun berkebun karet, serta
kayu manis. Cara penyelesaian suatu konflik berpengaruh besar terhadap keadaan
masyarakat, penyelesaian konflik dengan kekerasan menimbulkan banyaknya
kerugian, baik harta benda maupun jiwa. Faktor utama menggunakan kekerasan
dalam menyelesaikan konflik karena kurangnya komunikasi yang lancar antar
anggota kelompok yang terlibat konflik sehingga menimbulkan kesalahpahaman
yang memperbesar masalah yang terjadi. Satu diantara model pemecahan konflik
yang terjadi disebut resolusi konflik model akomodasi. Resolusi konflik model
akomodasi diteruskan dengan musyawarah adalah bentuk penyelesaian konflik
dengan penghargaan pada keadilan (justice), kesederajatan (equality), dan saling
memaafkan (forgiveness). |
en_US |