Description:
Permasalahan yang sangat mendasar dari petambak ikan dan udang tradision di desa Kuala Lupak Kalimantan Selatan adalah keterbatasan modal dan panen sering gagal. Gagal panen disebabkan sering terjadi adanya pasang yang sangat tinggi.
Tambak ikut tenggelam, sehingga ikan dan udang yang dipelihara keluar dan juga adanya penyakit yang menyerang ikan dan udang. Akibat sering gagal panen tersebut
banyak tambak yang tidak diusahakan lagi. Mereka hanya pasrah dan tidak mampu bertahan lagi. Data tambak yang sekarang tidak diusahakan/produktif sekitar 2.652 ha
(80 % dari seluruh luas tambak 3.315 ha) (Pemda Kab. Batola, 2008).
Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Menemukan teknologi aplikatif yaitu berupa teknologi pembesaran kepiting bakau guna memanfaatkan lahan tambak yang tidak produktif dan meningkatkan taraf hidup masyarakat. (2) Mengetahui metode
pembesaran kepiting bakau di tambak yang terbaik untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya. (3) Mengetahui berat bibit, padat tebar, dan dosis pakan optimal dari kepiting bakau untuk memacu pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya..
Tempat penelitian adalah di tambak di desa Kuala Lupak Kecamatan Tabunganen Kabupaten Barito Kuala, Propinsi Kalimantan Selatan. Waktu penelitian berlangsung selama 12 minggu (3 bulan) dari September - Nopember 2009. Penelitian
ini merupakan penelitian eksprimen di mana rancangan yang digunakan adalah RAL Faktorial pola 3 x 3 x 3 dengan ulangan 3 kali. Faktor pertama adalah Faktor U yaitu
ukuran bibit kepiting bakau, terdiri dari tiga taraf, yaitu: U1 = Ukuran kepiting ± 100 gram/ekor , U2 = Ukuran kepiting ± 150 gram/ekor, dan U3 = Ukuran kepiting ± 200
gram/ekor.
Faktor kedua adalah Faktor P yaitu padat tebar kepiting terdiri dari tiga taraf, yaitu: P1 = Padat tebar kepiting 5 ekor/m2, P2 = Padat tebar kepiting 7 ekor/m2, dan
P3 = Padat tebar kepiting 9 ekor/m2. Faktor ketiga adalah Faktor D yaitu dosis pakan terdiri dari tiga taraf, yaitu: D1 = Dosis pakan 5 % BB, D2 = Dosis pakan 10 % BB,dan D3 = Dosis pakan 15 % BB.
Parameter diukur dengan interval waktu setiap 2 minggu sekali. Parameter utama berupa kecepatan pertumbuhan berat relatif (%) kepiting bakau dan tingkat kelangsungan hidup / survival rate kepiting bakau (%). Selanjutnya dilakukan pula
pengamatan dan pengukuran beberapa parameter kualitas air dan kualitas tanah lokasi sebagai media pemeliharaan. Data-data dilakukan pengujian hipotesis dengan Analysis
of Variance (Anova), tetapi sebelumnya data-data terlebih dahulu dilakukan prosedur uji Normalitas Lilliefors.
Hasil penelitian adalah : (1) kecepatan pertumbuhan berat relatif (%) mencapai nilai paling rendah terjadi pada perlakuan U3P1D1 sebesar 40,119 % dan nilai paling tinggi terjadi pada perlakuan U1P2D3 yaitu sebesar 113,015 %, termasuk dalam katagori yang cukup pesat (2) Survival rate kepiting bakau 100 %; (3) Hasil analisis statistik, faktor ukuran bibit berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan berat relatif kepiting bakau, di mana ukuran bibit 100 gram/ekor lebih baik pertumbuhannya dibanding ukuran bibit 150 gram/ekor dan 200 gram/ekor, tetapi tidak berpengaruh
terhadap survival rate kepiting bakau (4) Faktor padat tebar kepiting bakau berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan berat relatif kepiting bakau, di mana
padat tebar 7 ekor/m2 lebih baik pertumbuhannya dibanding padat tebar 5 ekor/m2 dan 9 ekor/m, tetapi tidak berpengaruh terhadap survival rate kepiting bakau (5) Faktor
dosis pakan berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan berat relatif kepiting bakau, di mana dosis 15 % BB lebih baik pertumbuhannya dibanding dosis 5 % BB dan 10 %
BB, tetapi tidak berpengaruh terhadap survival rate kepiting bakau (6) Hasil analisis parameter kualitas air dan kualitas tanah lokasi penelitian desa Kuala Lupak Kabupaten Barito Kuala cukup ideal bagi pengembangan pemeliharaan kepiting bakau.
Dari hasil penelitian ini disarankan : (1) Oleh karena terbukti sangat menguntungkan, maka di wilayah Kuala Lupak Kabupaten Barito Kuala perlu dikembangkan usaha pemeliharaan kepiting bakau, sebagai diversifikasi komoditi bagi petani bandeng dan udang windu setempat