Description:
Salah satu spesies ikan lokal air tawar di Kalimantan Selatan yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai
ikan budi daya adalah ikan betok atau ikan papuyu (Anabas
testudineus). Budi daya ikan betok yang sudah dikembangkan
di Kalimantan Selatan meliputi usaha pembenihan dan pembesaran di kolam, karamba, bak terkontrol (bak beton), dan fish pen (hampang). Peluang pasar untuk komoditas ikan
betok cukup bagus karena diminati masyarakat sebagai ikan
konsumsi dengan harga kisaran Rp.40.000-Rp.60.000/kg.
Selama ini kebutuhan benih ikan betok maupun ikan konsumsinya masih mengandalkan hasil penangkapan di alam,
sehingga hal ini cenderung mengakibatkan penurunan jumlah
populasi ikan betok di alam.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka usaha budi daya
menjadi pilihan yang tepat untuk dilakukan, baik dalam
masyarakat pembudidaya maupun pelaku usaha perikanan
lainnya karena teknologi budi daya ikan betok sudah tersedia.
Pengembangan budi daya ikan betok yang sudah dilakukan
melalui penerapan teknologi pembenihan dan pembesaran
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan
protein hewani dan dapat menciptakan peluang usaha yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Ikan betok banyak ditemui di perairan umum seperti
danau, sungai, rawa, dan genangan air tawar lainnya. Selain
di perairan tawar ikan betok dapat hidup di perairan payau.
Ikan betok dikenal sebagai pemakan segala-galanya (omnivora), makanannya berupa tumbuh-tumbuhan air seperti
eceng gondok, kiambang, gulma itik, kiapu, ikan-ikan kecil,
udang-udang renik, hewan-hewan kecil lainnya, dan serangga.
Pakan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang
dalam perkembangbiakan ikan, di mana fungsi utama
pakan adalah untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan.
Pakan yang berasal dari alam tidaklah cukup untuk kebutuhan
ikan, maka diperlukan pakan buatan yang tepat dan
berkesinambungan. Keperluan pakan memberikan kontribusi
lebih dari 50% dari biaya produksi.
Semua jenis ikan membutuhkan zat-zat gizi yang baik
untuk kelangsungan hidupnya. Selain kualitas, jumlah dan
komposisi zat-zat gizi tersebut juga harus diperhatikan agar
dapat memenuhi kebutuhan ikan. Jumlah dan komposisi zatzat
gizi yang harus ada dalam pakan ikan seperti karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Buku ini memuat enam bab. Bab pertama membahas sekilas
dan ringkas tentang isi dari bab 2 sampai bab 6 sebagai
pengantar dan sebagai jalan cepat untuk mengetahui isi buku
secara keseluruhan. Bab 2, membahas tentang biologi dan
ekologi ikan betok. Bab 3, membahas tentang teknologi pembenihan ikan betok. Bab 4, tentang teknologi pembesaran ikan betok dalam kolam, karamba, fish pen, dan jaring tancap. Bab 5, membahas tentang serba serbi ikan betok meliputi hama dan penyakit yang sering menyerang ikan betok serta masakan khas berbahan baku dari ikan betok. Bab 6, membahas peluang pengembangan usaha budi daya ikan betok yang dilihat dari analisis usaha budi daya ikan betok baik pembenihan dan pembesaran di kolam, karamba, fish pen, dan
jaring tancap. Penulis mengucapkan terima kasih kepada para mahasiswa S1 dan S2 di Fakultas Perikanan Unlam yang telah
membantu penulis dalam penelitian dan semua pihak yang
tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Ucapan terima
kasih juga penulis ucapkan kepada DP2M-Dikti yang telah
memberikan bantuan dana berupa skim (Dosen Muda, Kajian
Wanita, Hibah Pekerti, Hibah Fundamental, dan Hibah
Strategis Nasional), Program I-MHERE B.1 Batch II, dan DIPA
Unlam untuk penelitian yang penulis laksanakan.