Description:
Pendugaan erosi tanah merupakan prediksi jumlah massa tanah
yang terkikis dari permukaan tanah/lahan. Pendugaan erosi ini
penting dilakukan dalam kegiatan pemantauan lingkungan untuk
mengukur efektivitas kegiatan pengelolaan lingkungan yang
dilakukan oleh kegiatan penambangan batubara PT Borneo
Indobara. Buku pendugaan erosi pada berbagai titik pantau ini
merupakan bentuk kerjasama perusahaan PT Borneo Indobara
dengan Universitas Lambung Mangkurat yang berkedudukan di
Provinsi Kalimantan Selatan.
Buku ini merupakan hasil studi lapangan dan analisis
laboratorium serta analisis perhitungan dengan pendekatan
pendugaan erosi menggunakan metode USLE (Universal Soil Loss
Equation). Metode ini merupakan metode prediksi erosi dengan
model parametrik berdasarkan hubungan antara faktor penentu
erosi dengan besarnya erosi. Pengamatan dilakukan pada
beberapa titik pantau yang mewakili tipe penggunakan lahan, yaitu
hutan alam sekunder (HA), hutan tanaman akasia (AC), perkebunan
kelapa swit (SW), tanaman reklamasi/hutan tanaman (AR), area
hutan konservasi (HK) dan area reklamasi umur 1 tahun atau tahun
tanam 2019 (AR19). Kegiatan pemantauan pendugaan erosi secara
rutin akan dapat memberikan evaluasi terhadap efektifitas
kegiatan pengelolaan lingkungan PT Borneo Indobara, sehingga
dapat secara cepat dilakukan tindakan-tindakan pencegahan dan
penanggulangan. Pendugaan erosi pada berbagai titik pantau di area PT Borneo
Indobara menunjukkan bahwa Besarnya erosi yang terjadi
pada area PT Borneo Indobara berkisar antara 15,82
ton/ha/th sampai dengan 1.063,97 ton/ha/tahun. Pada
hutan tanaman akasia memiliki rata-rata tingkat erosi paling
rendah sebesar 21,70 ton/ha/th dan rata-rata erosi paling
tinggi pada penutupan lahan area reklamasi 1 tahun sebesar
1.012.34 ton/ha/th. Pada hutan alam terjadi peningkatan eosi hingga mencapai
tingkat bahaya erosi sedang karena hutan alam ini sudah
mengalami tekanan terhadap kondisi hutan, terdapat illegal
logging yang mengambil kayu pada pohon diatas 20 cm
akibat area ini berdekatan dengan akses pemukiman
penduduk. illegal logging ini juga menyebabkan pemadatan
tanah dan perubahan tumbuhan bawah yang meningkatkan
laju erosi tanah. Berdasarkan data nilai tingkat bahaya erosi (TBE) diperoleh
hasil klasifikasi tingkat bahaya erosi yang bervariasi mulai dari
kelas ringan (I-R), sedang (II S), berat (III B) dan sangat berat
(IV-SB). Klasifikasi tingkat bahaya erosi dengan kelas IV-SB
76
(sangat berat) terdapat pada area reklamasi satu tahun
dengan kondisi tutupan lahan berupa cover crop belum
menutupi keseluruh area reklamasi, sedangkan fungsi
tanaman kayu berupa tanaman sengon belum menunjukkan
fungsi yang optimal. Area reklamasi dengan tanaman sengon dan jabon sudah
mengalami penurunan tingkat erosi hingga mencapai tingkat
bahaya erosi III-B (berat), artinya bahwa fungsi tanaman dan
tumbuhan bawah sudah mulai efektif mengurangi laju erosi
lahan, timbulnya paritan-paritan pada lahan akibat terkikis
oleh air hujan sudah mulai tertutupi tumbuhan bawah, hal ini
dalam jangka pendek tingkat bahaya erosi akan terus
menurun seiring dengan peningkatan bahan organik yang
dapat mengikat liat membentuk agrano-liat yang resisten
terhadap erosi tanah. Area reklamasi umur satu tahun dengan laju erosi paling
tinggi dan tingkat bahaya erosi sangat berat, selanjutnya
dilakukan upaya untuk sesegera mungkin menutupi lahan
dengan cover crop terutama dengan jenis legume dan jenis
legume berkayu seperti Gliricidae sepium dan jenis legume
lainnya.