Abstract:
Intensitas hujan yang terjadi terdistribusi dengan durasi yang berbeda dan distribusi ini dapat menjadi penentu dan pembeda besaran dan lamanya debit puncak yang terjadi. Distribusi hujan seharusnya ditemukan melalui pengamatan di lapangan melalui alat-alat ukur hujan otomatis. Untuk daerah yang tidak terdapat data hujan otomatis, terdapat beberapa jenis distribusi hujan yang diusulkan untuk menggantikan distribusi hujan aktual. Dalam penelitian ini dipilih distribusi hujan metode Mononobe dan Alternating Block Method (ABM). Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat perbedaan penggunaan jenis distribusi terhadap besaran dan lamanya debit puncak dan lamanya mencapai waktu puncak dengan menggunakan aplikasi komputer HEC-HMS. Metode analisis dilakukan dengan melakukan simulasi terhadap hujan aktual pada waktu di mana dilakukan penelitian terdahulu oleh peneliti lain untuk menggunakan formula yang diusulkan oleh penelitian sebelumnya. DAS Martapura dibagi menjadi dua sub DAS yaitu sub DAS Riam Kiwa dan sub DAS Riam Kanan. Analisis dilakukan untuk memodelkan volume dan debit aliran melalui metode transormasi hidrograf satuan SCS dan model loss yaitu Curve Number untuk setiap distribusi Mononobe dan ABM. Debit banjir rencana hasil simulasi pada berbagai kala ulang menunjukkan bahwa perbedaan besaran intensitas tidak menyebabkan perubahan terhadap waktu mencapai puncak. Perbedaan intensitas menentukan perbedaan besaran debit maksimum yang mencapai hingga 30%.sebagaimana ditunjukkan oleh debit puncak pada distribusi ABM kala ulang 2 tahun sebesar 15.770 m3/s terjadi pada jam ke 5, sedangkan pada distribusi Mononobe intensitasnya sebesar 12.113 m3/s terjadi pada jam ke 3.Perbedaan pola distribusi tidak hanya menyebabkan perubahan durasi aliran puncak namun juga menyebabkan perbedaan besarnya aliran puncak. Studi lebih lanjut mengenai distribusi curah hujan aktual diperlukan untuk lebih mendukung kesimpulan tentang pola distribusi empiris.lebih cocok diaplikasikan di daerah aliran sungai Martapura.