Abstract:
Kisah Laki-Laki yang Meniada: Telaah Akar Kata dan Makna Madam dalam Tradisi Migrasi Urang Banjar. Tulisan ini mengkaji tradisi migrasi Urang Banjar yang disebut dengan istilah madam. Latar belakang tulisan berangkat dari persoalan bahwa kajian tentang migrasi Urang Banjar belum ada yang fokus mendiskusikan tentang etimologi dan makna madam. Hal ini mengisyaratkan bahwa fundamental dalam memahami tradisi madam belum terbangun dengan baik. Berangkat dari latar belakang tersebut, tujuan dari tulisan ini adalah membuat kajian secara komprehensif mengenai telaah akar kata dan makna madam. Metodologi pada kajian ini menggunakan studi kepustakaan (library research) dengan pendekatan linguistik. Hasil telaah pada penelitian ini menunjukkan bahwa kata madam sudah termuat dalam Hikayat Banjar dengan kata “maadam” dan memiliki akar kata “adam”. Melalui asal usul katanya, kata “adam” merupakan serapan dari Bahasa Arab dan memiliki dua makna: laki-laki dan tiada. Melalui pendekatan sosiosemantik, makna laki-laki dalam tradisi madam tersebut terbangun melalui konstruksi sosio-kultural Urang Banjar yang membedakan antara kehidupan laki-laki dan perempuan. Melalui perbedaan peran, pola kerja, maupun terbatasnya ruang gerak antara laki-laki dan perempuan, menghasilkan perbedaan-perbedaan yang membuat kesempatan migrasi lebih banyak dilakukan oleh laki-laki Banjar. Sementara itu, dengan cara meninggalkan kampung halaman dan pergi ke tempat yang jauh, keberadaan laki-laki Banjar tersebut lantas dirasakan menghilang dari keluarga dan orang-orang di kampung halamannya. Hal ini kemudian menjadikan madam bermakna tiada atau meniada. Adapun dalam perkembangan memahami tradisi madam, makna madam tidak hanya dilihat sebagai perjalanan kaum laki-laki yang meniada saja tetapi sebagai perjalanan secara luas untuk menggambarkan urang Banjar yang meninggalkan daerah asal dan komunitasnya.