Abstract:
Tujuan yang ingin diperoleh dari hasil penelitian ini untuk menemukan simbol dan makna
dalam topeng banjar ditinjau dari etnografi. Secara rinci, penelitian ini berupaya menemukan
sejarah topeng Banjar secara umum dan keadaan nyata topeng banjar, mendeskripsikan
norma dan nilai kearifan lokal yang terkandung pada pentas tradisi topeng banjar, dan
mendeskripsikan kearifan lokal dari simbol-simbol tari topeng banjar di Desa Banyiur Luar
Kelurahan Basirih Kecamatan Banjarmasin Barat. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti
menggunakan metode kualitatif dengan ciri-ciri yang dikemukakan Bogdan dan Biklen
(1998:27-30) yakni (1) menggunakan latar alami sebagai sumber data langsung dan peneliti
sebagai instrumen utama, (2) bersifat deskriptif, (3) lebih memperhatikan proses daripada
hasil, (4) cenderung menganalisis data secara induktif, dan (5) makna merupakan perhatian
utama. Metode ini sangat tepat digunakan dalam penelitian ini karena meneliti subjek dan
dilakukan pada satu pentas tradisi. Hasil penelitian diperoleh (1) Sejarah tari dengan
mengenakan topeng sudah dikenal sejak jaman Majapahit. Raja Brawijaya Masyur sebagai
penari topeng yang piawai. Demikian pula di Kalimantan Selatan, tari atau teater dengan
mengenakan topeng sudah berkembang pada ratusan tahun yang lalu. Ini dapat dibuktikan
berdasarkan tuturan Maspiaty anak keturunan dari Hj. Siti Asiah (85 tahun). Catatan-catatan
tua berupa prasasti atau lontar juga telah menyinggung tentang adanya tari topeng atau
kelompok pemain topeng, (2) Norma-norma dan nilai-nilai itu secara simbolis ditampilkan
melalui peragaan dalam bentuk tradisi manuping yang dilakukan oleh seluruh masyarakat
(keturunan) pendukungnya. Pemaknaan simbol atau penafsiran simbol diklasifikasikan
menjadi tiga cara dalam memaknai simbol, di antaranya: Exegetical Meaning, Operational
Meaning, dan Positional Meaning, (3) Kearifan lokal yang dimaksud dapat tercermin dalam
kegiatan kepercayaan yang dianut sebagai komponen utama dalam pengaturan sistem
kehidupan bermasyarakat. Proses regenerasi kearifan lokal dilakukan melalui tradisi
manuping. Kearifan lokal yang tercermin dari tradisi pentas manuping antara lainL Pertama,
Membersihkan topeng yang dimiliki oleh keturunan pelaksana tradisi manuping setiap tahun.
Keturunan tradisi manuping membersihkan topeng dengan tapung tawar. Hal tersebut dapat
dimaknai adanya nilai-nilai yang mengatur kearifan lokal setempat, terkandung nilai
persahabatan dengan alam. Saran kepada para pembuat kebijakan bidang kebudayaan
(Pemerintah Daerah) disarankan agar memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai bahan untuk
merancang dan menentukan arah kebijakan. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan media
untuk melindungi, mempertahankan, mengembangkan, dan melestarikan keberadaan tradisi
menuping sebagai kekayaan budaya etnik Banjar.