Description:
Indonesia merupakan negara yang memiliki hutan tropik terbesar kedua di dunia, kaya dengan keanekaragaman hayati terutama keanekaragaman tumbuhan dan dikenal sebagai salah satu dari 7 (tujuh) negara “megabiodiversity”.Distribusi tumbuhan tingkat tinggi yang terdapat di hutan tropika Indonesia lebih dari 12 % (30.000 jenis) dari yang terdapat di muka bumi (250.000 jenis) (Ersam, 2004).Biodiversitas yang besar tersebut tersimpan potensi tumbuhan berkhasiat yang dapat digali dan dimanfaatkan lebih lanjut.World Conservation Monitoring Center telah melaporkan bahwa wilayah Indonesia merupakan kawasan yang banyak dijumpai beragam jenis tumbuhan obat dengan jumlah tumbuhan yang telah dimanfaatkan mencapai 2.518 jenis (EISAI,1995). Selain keanekaragaman tumbuhan tersebut, Indonesia juga kaya dengan keanekaragaman etnik dan budaya.Hidayah (1997) telah mengkaji 554 kelompok etnik di Indonesia berdasarkan keaslian bahasa dan asal etnis.Sensus Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2000 menyebutkan di Indonesia memiliki 1.068 etnik yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.Masing-masing etnik memiliki khasanah yang berbeda-beda.Pada setiap etnik, terdapat beranekaragam kekayaan kearifan lokal masyarakat, termasuk di dalamnya adalah pemanfaatan tumbuhan untuk pengobatan tradisional termasuk Kalimantan Selatan. Masing-masing etnik mempunyai kearifan, pengetahuan dan pengalaman yang bermakna besar bagi masyarakat modern.Hubungan masyarakat etnik dengan alam, pengetahuan mengenai tumbuhan untuk dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan obat merupakan suatu pengetahuan yang sangat berharga.Pengetahuan tentang penggunaan tumbuhan obat oleh etnik asli setempat sangat penting untuk pengembangan pengobatan secara tradisional dan pengembangan obat karena banyak ekstrak tumbuhan untuk obat modern ditemukan melalui pendekatan pengetahuan lokal (Cox, 1994; Plotkin, 1988). Modernisasi dapat menyebabkan hilangnya pengetahuan tradisional yang dimiliki oleh masyarakat (Bodeker, 2000). Hal lain yang juga dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah kasus pembajakan plasma nutfah dan budaya yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Kerusakan habitat akibat desakan kebutuhan lahan produksi, pertambangan maupun tempat tinggal, kurangnya perhatian terhadap budidaya tumbuhan obat terutama untuk jenis-jenis yang digunakan dalam jumlah kecil dan kemampuan regenerasi tumbuhan obat yang lambat, terutama jenis tumbuhan tahunan, terlebih lagi yang diambil dari alam (Djauhariya dan Sukarman 2002). Sejak 1950 - 1997 Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebesar 72% dengan angka penyusutan sebesar 1,7 juta Ha/tahun (World Resource Institute, 1997). Periode 1997 - 2000 angka penyusutan hutan meningkat menjadi 3,8 juta Ha/tahun (Badan Planologi Dephut, 2003). Penggunaan data tentang tumbuhan obat tradisional yang berasal dari hasil penyelidikan etnobotani merupakan salah satu cara yang efektif dalam menemukan bahan-bahan kimia baru dan berguna dalam pengobatan. Database tumbuhan obat di Indonesia masih sangat minim informasi terutama tentang jenisjenis tumbuhan obat terkait dengan kearifan lokal, penggunaan dalam ramuan, bagian yang digunakan dan cara penggunaannya. Penelitian untuk mendapatkan data-data fitogeografi, agroklimat, pemanfaatan berbasis kearifan lokal, fitokimia dan sosial ekonomi dari tumbuhan obat akan sangat penting dalam membangun sebuah database yang dapat digunakan sebagai informasi penting dalam proses budidaya tumbuhan obat untuk peningkatan produktivitas baik dari segi kualitas maupun kuantitas, serta rintisan untuk kemandirian obat berbasis tumbuhan obat. Database yang dihasilkan sangat mendukung program Saintifikasi Jamu karena program tersebut berbasis kepada kearifan lokal yang tercermin dari budaya masing-masing etnik sehingga program saintifikasi jamu ini dapat terus dikembangkan ke seluruh fasilitas pelayanan kesehatan terutama di daerah Kalimantan Selatan. Penelitian mengenai Eksplorasi Pengetahuan Lokal Etnomedisin dan Tumbuhan Obat di Indonesia Berbasis Komunitas perlu dilakukan untuk menggali pengetahuan lokal etnomedisin sebagai bagian kearifan lokal masing-masing etnik dan keanekaragaman tumbuhan obat yang menjadi dasar bagi pengembangan riset berkelanjutan dalam bidang etnomedisin dan tumbuhan obat. Penelitian Eksplorasi Pengetahuan Lokal Etnomedisin dan Tumbuhan Obat di Indonesia Berbasis Komunitas ini juga dikenal dengan istilah Ristoja (Riset Tumbuhan Obat dan Jamu).