Abstract:
Kebakaran lahan gambut pada tahun 2015 yang melanda 31 dari 34 Provinsi di Indonesia
merupakan salah satu kebakaran yang terparah sepanjang sejarah. Kalimantan Selatan adalah
salah satu dari 31 Provinsi tersebut dengan luas lahan yang terbakar sebesar 196.516,77 Ha.
Lahan gambut yang terbakar di Kota Banjarbaru dan Kabupaten Banjar yang tercatat
sebanyak 1.536 titik api dengan luas lahan yang terbakar lebih kurang lebih 1500 Ha. Faktor
utama kebakaran lahan ini adalah penurunan muka air tanah pada lahan gambut. Oleh sebab
itu untuk mengatasi agar kebakaran lahan tidak terjadi lagi dengan membuat kolam
konservasi untuk menampung air terutama ketika musim hujan agar lahan gambut tetap
basah.
Perencanaan kolam konservasi di lahan gambut ini seluas 900 Ha. Restorasi
ekosistem gambut dapat dilakukan melalui penataan kembali fungsi hidrologi dimana kubah
gambut sebagai penyimpan air jangka panjang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis neraca air untuk kolam konservasi dilahan gambut, menganalisis keadaan sifat
fisik tanah untuk dibuatnya kolam konservasi, mengetahui kondisi muka air tanah di
lapangan.
Hasil penelitian ini menunjukkan untuk neraca air tinggi tampungan di akhir tahun
2013 dan 2014 sebesar 2649,271 mm. Dari hasil penyelidikan sifat fisik tanah didapatkan
tanah gambut tersebut belum mengalami perombakan dan jumlah pori dalam tanah sangat
besar sehingga tanah menjadi porous dengan kondisi muka air yang tinggi.