Abstract:
Pewarna alami memiliki kelemahan berupa intensitas dan stabilitasnya yang rendah. Klorofil sebagai
sumber pewarna hijau alami memiliki kelebihan yang tidak dimiliki pewarna sintetis. Selain lebih
aman, klorofil dapat berfungsi sebagai antioksidan yang dapat memberikan beberapa aktivitas
farmakologi. Identifikasi dan kuantifikasi klorofil pada berbagai tumbuhan hijau telah banyak
dilaporkan, namun masih terbatas yang memberikan rekomendasi mengenai jenis bahan apa yang
lebih potensial untuk dimanfaatkan sebagai sumber klorofil. Penelitian ini bertujuan membandingkan
kekuatan (intensitas) warna ekstrak dan stabilitasnya dari empat jenis tumbuhan yang potensial dan
umum digunakan secara tradisional, yaitu daun pandan (Pandanus amaryllifolius), daun suji (Pleomele
angustifolia), daun katuk (Sauropus androgynus), dan daun kelor (Moringa oleifera). Intensitas dan
stabilitas larutan ekstrak warna tumbuhan yang dipilih dinilai secara objektif dengan mengukur nilai
absorbansinya pada panjang gelombang 500 nm menggunakan UV-Vis Spektrofotometer dan
komposisi RGB melalui penilaian citra digital, serta secara subjektif melalui pengujian hedonik.
Stabilitas warna diuji selama tujuh hari penyimpanan dengan perlakuan tambahan berupa
penambahan dan tanpa penambahan NaHCO3. Dari aspek intensitas warna, ekstrak suji menampilkan
kriteria yang lebih baik dengan menghasilkan nilai absorbansi, komposisi RGB, dan kesukaan yang
lebih tinggi dibanding ekstrak warna lainnya. Penambahan NaHCO3 pada larutan ekstrak suji dapat
meningkatkan intensitas dan juga stabilitas warnanya. Keunggulan ekstrak pandan terdapat pada
aspek rasa dan aroma, di mana tidak dimiliki oleh ekstrak suji. Kelemahan ekstrak pandan adalah
stabilitasnya yang rendah selama penyimpanan, meskipun telah ditambahkan dengan basa NaHCO3.
Kata kunci: Moringa oleifera, Pandanus amaryllifolius, Pleomele angustifolia, Sauropus androgynus.