Abstract:
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pasar dan desain produk sasirangan pewarna alam di Kota Banjarmasin, mengidentifikasi teknologi tepat guna (TTG) yang dapat digunakan dalam proses produksi sasirangan pewarna alam, memberikan rekomendasi strategi dan kebijakan apa saja yang dapat diterapkan dan dikembangkan dalam upaya mendukung pengembangan produk sasirangan pewarna alam di Kota Banjarmasin.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif eksploratif yang memberikan penjelasan mengenai kondisi pasar, desain dan perkembangan teknologi produk sasirangan pewarna alam di Kota Banjarmasin. Data dikumpulkan melalui beberapa kombinasi teknik yaitu studi kepustakaan, Focus Group Discussion (FGD), In-Depth Interview, dan survei.
Hasil suvei menunjukkan pada umumnya responden pada klasifikasi manapun dari setiap karakteristik jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, dan pendapatan lebih banyak yang menyukai sasirangan dibandingkan batik dan kain khas daerah lainnya. Pengecualian pada usia dan tempat domisili. Responden dengan usia 25 tahun ke bawah lebih banyak yang menyukai batik dibandingkan sasirangan. Sementara pada karakteristik domisili, mereka yang tinggal di luar wilayah Kalimantan Selatan lebih menyukai batik dan kain daerah lainnya. Semua responden pada berbagai klasifikasi dari berbagai karakteristik juga menyatakan menyukai produk sasirangan dengan pewarna alam. Hasil ini menjadi kabar bagus bagi pemerintah Kota Banjarmasin yang berkomitmen mengembangkan lebih jauh sasirangan dengan pewarna alam. Dari preferensi terhadap warna sasirangan, umumnya responden lebih menyukai warna pastel. Hal ini sejalan dengan produk pewarna alam yang lebih banyak disuka, karena warna pewarna alam umumnya dominan pastel. Sementara dilihat menurut positioning, produk sasirangan pewarna alam berada pada satu kelas dengan tenun dan batik tulis, sebagai produk premium karena proses produksi yang lama, harga mahal dan keunikan. Pengrajin sasirangan pewarna alam memiliki pendapat yang sama bahwa niche market membuat pengrajin lebih fokus ke pelanggan tertentu.
Sementara dari sisi identifikasi teknologi tepat guna, proses pembuatan sasirangan yang berbasis bahan dasar alami entah dari dedaunan, batang/ranting, bijian-bijian, akar-akaran dan sebagainya masih jauh dari teknologi modern dengan penggunaan mesin misalnya, melainkan diolah dengan cara atau metode yang sangat sederhana dikerjakan yakni secara manual berupa perebusan atau proses perendaman. Pengguna maupun pengrajin khususnya kain sasirangan terhadap larangan dan dampak yang dapat ditimbulkan oleh bahan pewarna sintetis masih sangat rendah.
Secara umum, untuk meningkatkan dan mempercepat pekembangan ekonomi kreatif di Kota Banjarmasin, khususnya pada subsektor kriya dalam hal ini adalah sasirangan pewarna alam, perlu dilakukan pendampingan dan pelatihan bagi perajin batik baik dalam pengembangan motif dan desain sasirangan dan pengolahan bahan baku pewarna alam secara lebih efisien, efektif dan berkesinambungan. Selain itu, perlu juga upaya terus menerus dalam hal memopulerkan produksi sasirangan dengan pewarna alam, sehingga akan lebih berpotensi dalam meningkatkan daya saing sasirangan pada pasar lokal di pasar domestik maupun mancanegara.