Abstract:
Tujuan yang ingin diperoleh dari hasil penelitian ini untuk menemukan simbol dan makna
dalam topeng banjar ditinjau dari etnografi. Secara rinci, penelitian ini berupaya menemukan sejarah topeng Banjar secara umum dan keadaan nyata topeng banjar, mendeskripsikan norma dan nilai kearifan lokal yang terkandung pada pentas tradisi topeng banjar, dan mendeskripsikan kearifan lokal dari simbol-simbol tari topeng banjar di Desa Banyiur Luar Kelurahan Basirih Kecamatan Banjarmasin Barat. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti menggunakan metode kualitatif dengan ciri-ciri yakni (I) menggunakan latar alami sebagai sumber data langsung dan peneliti sebagai instrumen utama, (2) bersifat deskriptif, (3) lebih memperhatikan proses daripada hasil, (4) cenderung menganalisis data secara induktif, dan (5) makna merupakan perhatian
utama. Metode ini sangat tepat digunakan dalam penelitian ini karena meneliti subjek dan
dilakukan pada satu pentas tradisi. Hasil penelitian diperoleh (1) Sejarah tari dengan
mengenakan topeng sudah dikenal sejak jaman Majapahit. Raja Brawijaya Masyur sebagai penari topeng yang piawai. Demikian pula di Kalimantan Selatan, tari atau teater dengan mengenakan topeng sudah berkembang pada ratusan tahun yang lalu. Ini dapat dibuktikan berdasarkan tuturan Maspiaty anak keturunan dari Hj. Siti Asiah (85 tahun). Catatan-catatan tua berupa prasasti atau lontar juga telah menyinggung tentang adanya tari topeng atau kelompok pemain topeng, (2) Norma-norma dan nilai-nilai itu secara simbolis ditampilkan melalui peragaan dalam bentuk tradisi manuping yang dilakukan oleh seluruh masyarakat (keturunan) pendukungnya. Pemaknaan simbol atau penafsiran simbol diklasifikasikan menjadi tiga cara dalam memaknai simbol, di antaranya: Exegetical Meaning, Operational Meaning, dan Positional Meaning, (3) Kearifan lokal yang dimaksud dapat tercermin dalam kegiatan kepercayaan yang dianut sebagai komponen utama dalam pengaturan sistem kehidupan bermasyarakat. Proses regenerasi kearifan lokal dilakukan melalui tradisi manuping. Kearifan lokal yang tercermin dari tradisi pentas mamuping antara lainL Pertama, Membersihkan topeng yang dimiliki oleh keturunan pelaksana tradisi mamuping setiap tahun. Keturunan tradisi manuping membersihkan topeng dengan tapung tawar. Hal tersebut dapatdimaknai adanya nilai-nilai yang mengatur kearifan lokal setempat, terkandung nilai persahabatan dengan alam. Saran kepada para pembuat kebijakan bidang kebudayaan (Pemerintah Daerah) disarankan agar memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai bahan untuk merancang dan menentukan arah kebijakan. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan media untuk melindungi, mempertahankan, mengembangkan, dan melestarikan keberadaan tradisi menuping sebagai kekayaan budaya etnik Banjar.