Abstract:
Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui interteksualitas dan dekonstruksi novel “Lambung Mangkurat”, dan dua hipogramnya, “Hikayat Banjar” dan “Tutur Candi”. Penelitian dilakukan menggunakan analisis intertekstual model Julia Kristeva dan dekonstruksi Jaqcues Derrida. Hasil analisis menunjukkan ada sejumlah perbedaan pada bagian jalan cerita dan penokohan. Pada novel tidak ada hal-hal gaib, berbeda dengan dalam kedua hipogram. Tokoh Lambung Mangkurat dan Junjung Buih dalam novel diberi atribut serba sempurna sementara di dalam novel muncul dengan segala kekurangan dan kelemahan sebagaiman manusia biasa yang memiliki ambisi, kelemahan, dan ketakutan yang di dalam dua hipogram tidak ada. Di dalam novel Lambung Mangkurat diceritakan berhasil menjadi Raja Nagara Dipa berkat bantuan Gajah Mada, juga dicerita terjadi pemberontakan Kerajaan Kuripan yang di dua hipogram tidak. Perbedaan ini terjadi sebagai upaya pengarang untuk menafsirkan ulang dan memaknai kembali cerita Lambung Mangkurat dalam perspektif yang lebih sesuai dengan zamannya.