Abstract:
Nira aren dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengencer semen karena mengandung berbagai nutrien yang dibutuhkan oleh spermatozoa selama preservasi. Tujuan penelitian ini adalah menguji efektivitas pengencer laktosa dan nira aren terhadap kualitas semen beku kerbau rawa. Semen kerbau rawa dikoleksi menggunakan vagina buatan sebanyak tujuh kali sebagai ulangan. Semen segar segera dievaluasi dan dibagi ke dalam dua buah tabung reaksi dengan volume yang sama, kemudian diencerkan menggunakan dua jenis pengencer berbeda sebagai perlakuan, yakni pengencer laktosa dan nira aren. Semen dikemas di dalam straw mini (0,25 ml) dengan konsentrasi 25 juta spermatozoa motil. Semen diekuilibrasi pada suhu 5oC selama 4 jam, kemudian dibekukan dan disimpan di dalam kontainer nitrogen cair. Kualitas spermatozoa meliputi: persentase spermatozoa motil, spermatozoa hidup, dan membran plasma utuh (MPU) dievaluasi setelah tahap pengenceran, ekuilibrasi, dan thawing. Data dianalisis dengan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahap setelah thawing, persentase spermatozoa motil, spermatozoa hidup, dan MPU perlakuan laktosa (45%, 58,57%, dan 57,08%) nyata lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan nira aren (30%, 47%, dan 48,14%). Dapat disimpulkan bahwa kualitas semen beku kerbau rawa yang diencerkan dengan pengencer laktosa lebih baik daripada yang diencerkan dengan nira aren. Semen beku kerbau rawa yang diencerkan dengan pengencer laktosa dan nira aren memenuhi syarat untuk digunakan dalam program IB.
Description:
Kerbau rawa (Bubalus bubalis carabanensis) merupakan kerbau yang dipelihara secara tradisional pada daerah-daerah berawa-rawa yang tergenang air hampir selama enam bulan pertahun di Kalimantan Selatan (Hamdani et al., 2006). Populasi kerbau rawa di Kalimantan Selatan semakin menurun, tercatat pada tahun 2004 sebanyak 38.488 ekor (Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan, 2004) dan pada tahun 2011 tercatat 23.843 ekor (Sulaiman et al., 2012), atau menurun sebesar 38,05%. Pada tahun 2014, populasi ternak kerbau di Kalimantan Selatan sebanyak 25.314 ekor (Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan, 2015). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mempercepat peningkatan populasi ternak kerbau adalah dengan penerapan teknologi reproduksi inseminasi buatan (IB). Melalui teknologi IB, potensi reproduksi jantan unggul dapat dioptimalkan, sehingga berperan penting dalam peningkatan kualitas genetik ternak secara umum (Harshan et al., 2005). Hal ini karena salah satu teknologi yang terintegrasi dengan IB adalah teknologi pengolahan semen. Tujuan utama pengolahan semen adalah meningkatkan kapasitas semen untuk melayani lebih banyak ternak betina. Untuk mencapai tujuan ini, semen diencerkan dengan bahan-bahan pengencer tertentu, yang memenuhi syarat seperti: sumber energi, penyangga, tidak toksik, mencegah kerusakan pada spermatozoa, murah, dan mudah diperoleh (Toelihere, 1993). Penerapan teknik IB terlebih dahulu harus diawali dengan upaya pengolahan semen menjadi semen cair atau semen beku. Semen beku disimpan di dalam kontainer berisi nitrogen cair bersuhu -196C selama puluhan tahun dengan tetap mempertahankan kondisi fisologik spermatozoa, sehingga mampu membuahi oosit. Berbagai penelitian telah dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas semen beku kerbau (Kumaresan et al., 2006; Andrabi et al., 2007; Rasul et al., 2007; Shukla dan Misra, 2007). Selama ini yang lazim dimanfaatkan sebagai komponen pengencer semen adalah senyawa-senyawa kimia sintetik. Senyawa kimia tersebut umumnya berharga cukup mahal dan tidak mudah diperoleh di daerah-daerah tertentu, karena merupakan produk impor. Indonesia sebagai negara tropis sebenarnya memiliki berbagai macam sumber daya alam yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pengencer semen berbasis alami. Pemanfaatan berbagai bahan pengencer alternatif berbahan alami telah dilaporkan, seperti air kelapa muda pada sapi American brahman (Rizal, 1989), kerbau belang (Toelihere, 1993), dan domba garut (Rizal et al., 2006), nira aren pada domba garut (Farhan, 2003), serta ekstrak buah melon dan wortel pada domba garut (Yulnawati et al., 2005). Nira aren dapat digunakan sebagai bahan pengencer semen karena mengandung berbagai nutrien seperti karbohidrat, protein yang dibutuhkan oleh spermatozoa selama proses preservasi semen. Nira aren juga memiliki pH yang sama dengan pH semen yakni sekitar 6–7, sehingga tidak menjadi masalah bagi spermatozoa. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas pengencer laktosa dan nira aren terhadap kualitas semen beku kerbau rawa. Diharapkan hasil penelitian ini menjadi solusi dalam mengatasi mahalnya harga bahan kimiawi sintetik yang selama ini lazim digunakan sebagai pengencer semen.