Abstract:
Ethylene diamine tetraacetic acid (EDTA) adalah sebuah stuktur molekuler yang dapat mengikat logam-logam berat dan zat-zat beracun lainnya, sehingga dibutuhkan untuk melindungi spermatozoa dalam proses kriopreservasi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji EDTA dalam mempertahankan kualitas semen beku domba garut. Semen domba garut dikoleksi dengan vagina buatan. Semen segar dievaluasi dan dibagi ke dalam tiga buah tabung reaksi dan masing-masing diencerkan dengan pengencer Tris yang mengandung 20% kuning telur (TKT-20), TKT-20 + 0,01% EDTA (EDTA0,01), dan TKT-20 + 0,02% EDTA (EDTA0,02). Semen dikemas di dalam straw mini (0,25 mL) dengan konsentrasi 100 juta spermatozoa motil. Semen diekuilibrasi pada suhu 5oC selama tiga jam, kemudian dibekukan dan disimpan di dalam kontainer nitrogen cair. Kualitas spermatozoa yang dievaluasi meliputi: persentase spermatozoa motil (SM), spermatozoa hidup (SH), dan membran plasma utuh (MPU) dievaluasi setelah tahap pengenceran, ekuilibrasi, dan thawing. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan dan lima kali ulangan. Perbedaan antarperlakuan diuji dengan uji beda nyata terkecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan volume, warna, konsistensi, pH, gerakan massa, konsentrasi spermatozoa, persentase SM, persentase SH, persentase spermatozoa abnormal, dan persentase MPU semen segar domba garut adalah masing-masing 0,87 mL, krem, kental, 6,98, 3, 4.296 juta sel/mL, 75%, 86,33%, 4,4%, dan 85%. Persentase SM, SH, dan MPU setelah thawing pada kontrol (42,5; 52,5; dan 52,17%) menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan pada EDTA0,01 (44,17; 52,5; dan 52,5%) dan EDTA0,02 (39,17%; 51%; dan 48,33%). Dapat disimpulkan bahwa penambahan EDTA dalam pengencer Tris dapat mempertahankan kualitas semen beku domba garut, sehingga tetap memenuhi syarat untuk digunakan dalam program inseminasi buatan (IB). Penambahan EDTA tidak dapat meningkatkan kualitas semen beku domba garut.
Description:
Domba garut merupakan salah satu ternak asli Indonesia yang umumnya diternakkan oleh petani-peternak di wilayah Jawa Barat, khususnya daerah Garut, Bandung, Sumedang, Tasikmalaya, Majalengka, Cainjur, Sukabumi, dan Bogor. Domba garut memiliki bobot badan yang relatif lebih berat dibandingkan dengan domba lokal Indonesia lainnya. Menurut Rizal dan Herdis (2008) domba garut jantan dewasa memiliki bobot badan sekitar 60–80 kg, bahkan dapat mencapai lebih dari 100 kg, sedangkan domba garut betina dewasa bobotnya sekitar 30– 50 kg. Fakta ini menjadikan domba garut potensial dijadikan sebagai donor semen untuk meningkatkan kualitas domba lokal lainnya melalui penerapan teknologi inseminasi buatan (IB). Proses pengolahan semen baik dalam bentuk semen cair maupun semen beku merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan aplikasi IB. Tujuan utama pengolahan semen adalah untuk meningkatkan kapasitas jumlah betina yang dapat dilayani setiap ejakulat, serta untuk memperpanjang daya simpan semen yang telah diejakulasikan. Pengolahan semen dalam bentuk semen beku memenuhi kedua tujuan tersebut. Namun, dalam proses pembuatan semen beku, semen memperoleh perlakuan suhu yang sangat ekstrim dan dapat mematikan spermatozoa (Bailey et al., 2000; Medeiros et al., 2002). Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mencegah terjadinya kematian spermatozoa yang berlebihan selama proses kriopreservasi (pembekuan) semen. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kualitas spermatozoa
selama proses kriopreservasi adalah dengan menambahkan berbagai jenis zat aditif seperti gula (karbohidrat), vitamin, senyawa antioksidan, dan senyawa yang berfungsi sebagai chelating agent (misal ethylene diamine tetraacetic acid atau EDTA) ke dalam pengencer. Gula berfungsi sebagai substrat sumber energi dan krioprotektan ekstraseluler, sehingga dapat melindungi dan menunjang kehidupan spermatozoa selama proses pengolahan (Aboagla dan Terada, 2003; Ahmad dan Aksoy, 2012). Gula telah terbukti mampu memperbaiki kualitas semen beku, seperti sukrosa pada semen beku sapi (Woelders et al., 1997), trehalosa dan EDTA pada domba pampinta (Aisen et al., 2000; 2002), serta dekstrosa, rafinosa, trehalosa, dan sukrosa pada domba garut (Rizal et al., 2006). Ethylene diamine tetraacetic acid adalah sebuah stuktur molekuler yang dapat mengikat logam-logam berat dan zat-zat beracun, sehingga dibutuhkan untuk melindungi spermatozoa dalam proses kriopreservasi. Menurut Aisen et al., (2000) EDTA merupakan salah satu senyawa yang berperan sebagai agen krioprotektif, sehingga dapat menekan kerusakan yang terjadi pada spermatozoa akibat pengaruh buruk proses kriopreservasi. Raval et al., (2007) serta Patel dan Shiddiquee (2012) juga melaporkan bahwa penambahan EDTA ke dalam pengencer Tris dapat meningkatkan kualitas semen cair-dingin dan semen beku sapi. Menurut Sansone et al., (2000) secara umum pengencer semen yang baik harus mengandung gula sebagai sumber energi, senyawa krioprotektan sebagai substansi antikejut dingin (anti-cold shock) dan melindungi membran plasma sel spermatozoa, dan antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas EDTA dalam mempertahankan kualitas semen domba garut selama proses kriopreservasi. Perbaikan kualitas semen setelah thawing diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan kebuntingan jika semen tersebut dimanfaatkan dalam penerapan berbagai teknologi reproduksi, seperti IB.