Abstract:
The objective of this study was to examine the effect of various glycerol concentrations in sugar palm juice extender on viability of Kalimantan Selatan buffalo spermatozoa preserved at 5oC. Semen was collected by artificial vagina. Fresh semen was immediately evaluated and divided into four tubes, then diluted with: 73% lactose-based extender + 20% egg yolk + 7% glycerol (LG-7) as control, 74% sugar palm juice + 20% egg yolk + 6% glycerol (SPJG-6), 73% sugar palm juice + 20% egg yolk + 7% glycerol (SPJG-7), and 72% sugar palm juice + 20% egg yolk + 8% glycerol (SPJG-8), respectively. Diluted-semen was preserved in refrigerator at 5oC. Spermatozoa viability including percentages of motile spermatozoa and live spermatozoa were evaluated every day for three days. The results of this study showed that there were no differences between treatments on viability of Kalimantan Selatan buffalo spermatozoa until day-4 of preservation. On the third day of preservation, percentages of motile and live spermatozoa were 46.25 and 58.25% for LG-7, 43.75 and 58.25% for SPJG-6, 45.00 and 52.50% for SPJG-7, 41.25 and 52.00% for SPJG-8. All treatments were qualify for used in the artificial insemination program. It can be concluded that lactose and sugar palm juice extenders containing 6–8% glycerol have the equal ability to maintain viability of Kalimantan Selatan buffalo spermatozoa during preservation at 5oC
Description:
Kerbau rawa (Bubalus bubalis) yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan melalui SK Mentan tahun 2012 telah ditetapkan sebagai salah satu rumpun tersendiri dan diberi nama kerbau Kalimantan Selatan. Di dalam SK tersebut juga ditegaskan bahwa kerbau Kalimantan Selatan merupakan kekayaan sumber daya genetik ternak lokal Indonesia yang harus dilindungi dan dilestarikan. Salah satu bentuk yang efektif untuk melestarikan kerbau Kalimantan Selatan tersebut adalah dengan memperbanyak populasi, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat peternak kerbau. Penerapan teknologi inseminasi buatan (IB) merupakan salah satu metode alternatif untuk mempercepat peningkatan populasi dan memperbaiki kualitas genetik kerbau (Morrell, 2006). Pengenceran dan penyimpanan (preservasi) semen merupakan bagian integral tak terpisahkan dengan teknologi IB (Sansone et al., 2000). Menurut Toelihere (1993) tujuan utama pengolahan semen adalah meningkatkan kapasitas semen untuk melayani lebih banyak ternak betina. Untuk mencapai tujuan ini, semen diencerkan dengan bahan-bahan pengencer tertentu, yang memenuhi syarat seperti: sumber energi, penyangga, tidak toksik, mencegah kerusakan
pada spermatozoa, tidak mereduksi fertilitas spermatozoa, tidak menghalangi proses evaluasi spermatozoa setelah pengenceran, murah, dan mudah diperoleh. Nira aren dapat menjadi alternatif pengencer semen karena mengandung sejumlah nutrien yang dibutuhkan oleh spermatozoa selama preservasi (Rizal & Riyadhi, 2016). Preservasi semen pada suhu rendah dibutuhkan senyawa khusus berupa krioprotektan yang berfungsi melindungi spermatozoa dari kerusakan (Andrabi et al., 2009). Gliserol merupakan senyawa krioprotektan yang umum digunakan dalam preservasi semen berbagai jenis ternak (Supriatna & Pasaribu, 1992). Kombinasi antara kuning telur dan gliserol umum digunakan dalam proses preservasi semen kerbau. Protein dan lesitin kuning telur berfungsi menjaga keutuhan lipoprotein yang ada pada membran plasma sel spermatozoa selama preservasi pada suhu rendah (Kumar et al., 1992). Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh beberapa konsentrasi gliserol di dalam pengencer nira aren terhadap viabilitas spermatozoa kerbau Kalimantan Selatan yang dipreservasi pada suhu sekitar 5oC.