Abstract:
Salah satu penyakit yang sekarang berkembang dan sangat merugikan di Kalimantan Selatan adalah penyakit layu yang menyerang tanaman pisang, dan telah tersebar di pertanaman pisang kepok yang merupakan komoditas unggulan, dengan tingkat kerugian hampir 70-80%. Sejak tahun 2007-2011 kerugian akibat penyakit ini semakin meningkat sampai 100%. Identifikasi yang telah dilakukan di Laboratorium Pengendalian Hayati Fak. Pertanian Univ. Lambung Mangkurat Banjarbaru, penyebabnya adalah jamur Fusarium oxysporum f. sp. cubense (FOC). Jamur ini sangat luas seberannya dan banyak tanaman yang menjadi inangnya, terutama tanaman pisang kepok di Kalimantan Selatan. Penyakit ini merupakan penyakit yang paling berbahaya yang menyerang tanaman pisang, dan merupakan penyebab kedua penyakit layu setelah bakteri. Alternatif pengendalian hayati adalah dengan memanfaatkan mikroba antagonis yang terdapat disekitar perakaran dari tanaman tersebut, yaitu Trichoderma spp. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mendapatkan mikroba antagonis isolat Jorong yang potensial untuk menekan jamur Fusarium. Penelitian dilaksanakan di Lab. Pengendalian Hayati, dari bulan Oktober sampai Desember 2011. Pengujian kemampuan ini dilakukan dari beberapa macam Trichoderma spp., (T. harzianum, T. viride, dan T. Koningi) untuk menekan perkembangan jamur Fusarium pada cawan petri. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah T. viride isolat Jorong (TPJ-01) memperlihatkan kemampuan menekan pertumbuhan jamur Fusarium yang paling tinggi.
Description:
Penggunaan agens hayati untuk menekan perkembangan penyakit layu pada pisang kepok, perlu untuk ditingkatkan. Pengujian kemampuan beberapa Trichoderma spp., untuk menekan perkembangan penyakit layu pisang harus dimulai dari sekarang. Penggunaan Trichoderma spp., (T. harzianum, T. viride, dan T. Koningi) untuk menekan perkembangan jamur Fusarium pada cawan petri, dengan hasilnya adalah T. viride isolat Jorong (TPJ-01) memperlihatkan kemampuan menekan pertumbuhan jamur Fusarium yang paling tinggi. Oleh karena itu sosialisasi dan peningkatan pemanfaatan agens hayati untuk pengendalian penyakit tanaman, terutama soil borne disease harus diaplikasikan.