Description:
Sigatoka yang disebabkan oleh Mycosphaerella sp. merupakan penyakit penting yang menyebabkan
rendahnya kualitas dan kuantitas produksi pisang. Penanaman kultivar pisang yang tahan dianggap
sebagai pendekatan yang menjanjikan untuk mengurangi kerugian akibat penyakit ini. Penelitian
bertujuan menentukan ketahanan kultivar pisang lokal asal Kalimantan Selatan terhadap penyakit
sigatoka. Cendawan diisolasi dari daun pisang kultivar Kapas dengan gejala sigatoka yang parah
menggunakan medium agar-agar dekstrosa kentang. Isolat dikonfirmasi menggunakan postulat Koch.
Isolat diidentifikasi sebagai Mycosphaerella sp. dan digunakan untuk menguji 11 kultivar pisang lokal
yang tumbuh di Kalimantan Selatan. Tingkat ketahanan ditentukan berdasarkan perkembangan gejala.
Kerapatan stomata masing-masing kultivar diukur. Secara umum gejala muncul 2 sampai 8 hari setelah
inokulasi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan tingkat ketahanan, yaitu rentan (‘Awak’,
‘Jaranang’, ‘Kapas’, ‘Mas’, dan ‘Paikat’), agak tahan (‘Ambon’, ‘Kepok’, ‘Mas Bantan’, ‘Mauli’, dan
‘Talas’), dan tahan (‘Tarati’). Masa inkubasi penyakit yang semakin panjang berhubungan dengan
tingkat ketahanan yang tinggi. Intensitas penyakit berkorelasi negatif terhadap masa inkubasi, tetapi
tidak berhubungan secara nyata dengan kerapatan stomata.
Kata kunci: intensitas penyakit, masa inkubasi, postulat Koch