dc.description |
Laporan Penelitian ini berjudul ”Pemijahan Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch) Menggunakan Ovaprim dengan Dosis dan Perbandingan Induk Jantan dan Betina Yang Berbeda”.
Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui pengaruh dosis penyuntikan ovaprim dan perbandingan induk jantan dan betina ikan betok terhadap daya tetas dan survival rate ikan betok. Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah memberikan gambaran dosis penyuntikan ovaprim dan perbandingan induk jantan dan betina serta pakan alami yang berada pada saat larva terhadap daya tetas dan survival rate ikan betok. Karena informasi berkenaan dengan daya
tetas dan survival rate ikan betok yang dihubungkan dengan dosis penyuntikan dan perbandingan induk jantan dan betina serta keanekaragaman plankton masih terbatas. Sehingga perlu dilakukan ini untuk dapat mengetahui dosis penyuntikan
dan perbandingan induk jantan dan betina yang yang dapat menghasilkan larva ikan yang optimal.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan faktor A, 3 taraf dan faktor B, 2 taraf dengan 3 ulangan sehingga diperoleh 18 satuan percobaan.
Faktor A (dosis hormon ovaprim):
A1 : dosis penyuntikan 0,3 ml/kg
A2 : dosis penyuntikan 0,4 ml/kg
A3 : dosis penyuntikan 0,5 ml/kg
Faktor B (Perbandingan induk jantan dan betina):
B1 : 4 ekor induk jantan dan 1 ekor induk betina
B2 : 3 ekor induk jantan dan 1 ekor induk betina
Dengan ulangan sebanyak 3 kali.
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap pemijahan Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch) maka parameter yang diambil adalah menghitung daya tetas telur yang dihasilkan dari masing – masing pasangan induk, dan menghitung tingkat kelangsungan hidup/survival rate pada larva yangdihasilkan. Serta mengamati jenis dan jumlah plankton yang terdapat pada hapa pemeliharaan larva, juga kualitas air.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian selanjutnya diuji kenormalannya dengan menggunakan Uji Homogenitas Ragam menggunakan prosedur Bartlett dan Uji Normalitas Liliefors Apabila data dinyatakan tidak normal atau tidak
homogen, maka sebelum dilakukan analisis lebih lanjut dilakukan transformasi data. Setelah asumsi di atas terpenuhi maka dilakukan analisis sidik ragam.
Berdasarkan Uji Homogenitas Barlett terhadap daya tetas telur maka didapatkan nilai data X²hitung lebih kecil dari X²tabel, sehingga Ho diterima yang berarti ragam data homogen. Selanjutnya, pada Uji Normalitas Liliefors
didapatkan nilai L hitung maks lebih kecil dari nilai L tabel sehingga, Ho diterima yang berarti data menyebar normal.
Berdasarkan hasil Analisis Sidik Ragam terhadap daya tetas telur maka diperoleh nilai Fhitung Perlakuan lebih kecil dari Ftabel (0,05) dan Ftabel (0,01) yang berarti perlakuan tidak berbeda nyata. Hasil ini menunjukan bahwa setiap
perlakuan tidak ada perbedaan yang significant antar perlakuan.
Berdasarkan Uji Homogenitas Barlett terhadap survival rate maka didapatkan nilai data X²hitung lebih besar dari X²tabel, sehingga Ho tidak diterima yang berarti ragam data tidak homogen. Untuk itu data tersebut ditransformasi
dengan (√x) sehingga didapatkan nilai data X² hit lebih besar dari X²tabel (Lampiran 8), sehingga data Ho diterima yang berarti ragam data homogen. Kemudian pada Uji Normalitas Liliefors didapatkan nilai Lhitung Maks lebih kecil dari nilai Ltabel sehingga, Ho diterima yang berarti data menyebar normal.
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam terhadap survival rate maka diperoleh nilai Fhitung Perlakuan lebih kecil dari Ftabel (0,05) dan Ftabel (0,01) yang berarti perlakuan tidak berbeda nyata. Hasil ini menunjukan bahwa setiap
perlakuan tidak ada perbedaan yang significant antar perlakuan.
Hasil pengamatan kualitas air yang meliputi suhu (oC) , kandungan oksigen terlarut (DO), derajat keasaman (pH) dan amoniak (mg/L) pada saat penelitian menujukan kualitas air masih berada pada kisaran yang optimal.
Analisa jenis dan kelimpahan plankton pada peraiaran tempat peliharaan dapat dilihat. Dari hasil analisa dapat dilihat pada zoo – plankton jumlah nilai kelimpahan Kelimpahan (Sel/liter) adalah 10, Indeks Keanekaragaman (Shannon-
Wiener) adalah 0, Indeks Keseragaman adalah 0, Indeks Dominasi adalah 1,0000 dan Jumlah Taksa adalah 1. Sedangkan pada phytoplankton jumlah nilai kelimpahan Kelimpahan (Sel/liter) adalah 235, Indeks Keanekaragaman (Shannon-
Wiener) adalah 2,0110, Indeks Keseragaman adalah 0,9153, Indeks Dominasi adalah 0,1526, dan jumlah Taksa adalah 9. |
|