dc.description |
Lahan basah adalah wilayah rawa-rawa yang sepanjang tahun, atau selama waktu yang panjang dalam setahun selalu jenuh air atau tergenang air dangkal. lahan basah adalah wilayah payau, rawa, gambut, atau perairan, baik alami maupun buatan, permanen atau temporer, dengan air yang mengalir atau diam, tawar, payau, atau asin, termasuk pula wilayah dengan air laut yang kedalamannya di saat pasang rendah /surut tidak melebihi enam meter. Sekitar 60 % lahan basah di dunia adalah gambut atau 300 juta hektar atau seluas 2 % luas daratan, tersebar di banyak tempat di dunia termasuk Indonesia. air gambut pada lahan basah merupakan air permukaan yang banyak terdapat di daerah pasang surut dan berawa atau dataran rendah terutama di Sumatera dan Kalimantan yang mempunyai ciri-ciri intensitas warna tinggi kuning atau merah kecoklatan, pH yang rendah antara 2-5, rasanya asam, kandungan zat organik tinggi, dan kation yang rendah. Gambut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk usaha pertanian secara turun temurun disamping untuk bahan bakar pembangkit listrik dan perkebunan. Indonesia memiliki 15 juta hektar luasan gambut, tersebar di 150 kabupaten/kota di Sumatera dan Kalimantan, dimana apabila tidak dikelola baik terutama tata kelola airnya, gambut dapat mudah terbakar dan menimbulkan musibah kebakaran hutan dan dampak kesehatan masyarakat.
Penyakit gigi dan mulut adalah penyakit tidak menular yang paling banyak diderita masyarakat atau mencakup 90 persen dari penyakit tidak menular di dunia. Data organisasi kesehatan dunia WHO, pada kelompok usia di bawah 12 tahun yaitu usia paling rentan dengan penyakit gigi mulut angkanya sebesar 76,5 persen. Artinya 24 juta anak di Indonesia pernah mengalami sakit sakit gigi dan mulut dimana 90 persen diantaranya berum karies. Tingginya prevalensi kasus sakit gigi dan mulut diyakini akibr banyak makanan anak beresiko merusak gigi yaitu mengandung gula can asam. Hal ini menimbulkan beban ekonomi 3,2 triliun untuk tambal dus gigi apabila diasumsikan ada 16 juta kasus gigi berlubang dan biaya tambi Rp.100.000 per gigi. Disisi lain upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut di Tanah Air dinilai belum efektif. Jumlah kasus sakit gigi dan mulut tinggi serta cenderung meningkat terutama pada anak-anak. Data Riskesdas 2013 menunjukkan penduduk bermasalah dengan kesehatan gigi dan mulut. Kalimantan Selatan meningkat menjadi 36,1 % dari angka tahun 201^ sebesar 28,9 %, dengan tingkat kerusakan gigi DMF-T 7,2 diatas angka nasional 4,6. |
|