Repo Dosen ULM

Ecological Citizenship (Kewarganegaraan Ekologis): dalam Perspektif Teori dan Riset

Show simple item record

dc.date.accessioned 2024-06-04T07:19:54Z
dc.date.available 2024-06-04T07:19:54Z
dc.date.issued 2021-11-22
dc.identifier.citation Kewarganegaraan, Partisipasi, Kewarganegaraan Ekologis en_US
dc.identifier.uri https://repo-dosen.ulm.ac.id//handle/123456789/33846
dc.description Mengapa harus digerakkan, jika konon Tuhan membekali umat manusia dengan pikiran? Bukankah kemudian akan memicu ketergantungan? Lebih dari sekedar pertanyaan klasik, dunia sudah membuktikan bahwa dengan bahu-membahu, menguatkan, dan menggerakkan satu sama lain, mampu mengubah keterbelakangan menjadi berkemajuan. Peradaban umat manusia di berbagai belahan bumi, dimulai dari membentuk komunitas, masyarakat, dan bangsa untuk tujuan maju bersama. Indonesia dengan kearifan lokalnya, membumikan konsep gotong royong dan musyawarah mufakatnya, sebagai bentuk saling bantu sesama. Praktiknya, setiap pergerakan bersama membuat masyarakat menjadi berdaya dan mampu menjawab revolusi. Menolak lupa terhadap pernyataan Yudi Latif dalam buku Revolusi Pancasila, bahwa pergerakan dan kontribusi merupakan pemantik revolusi, mengobati buta-tuli ideologi, dan lepas dalam stigma imagologi (ilmu pencitraan). Sejatinya, pergerakan nyata bersama-sama mempercepat laju pencapaian cita bangsa. Ecological citizenship (kewarganegaraan ekologis) merangkum sebuah prinsip hidup berkebangsaan, karena memuat kegotong royongan, partisipasi, kolaborasi, dan kerukunan. Pascareformasi, supremasi masyarakat begitu terlihat, gahar dan taringnya mulai tajam, mempengaruhi berbagai lini kehidupan. Prinsip hidup klasik, bahwa satu lidi tak sekuat seikat lidi, ternyata berkorelasi terhadap keberhasilan membangun negeri. Sejarah perlu dirunut kembali, bahwa bersatu dalam satu gerakan, bisa meruntuhkan Belanda dan meraih merdeka. Ini adalah contoh nyata dan perlu ditetapkan sebagai bagian dari budaya. Buku ini mengulas masa lalu, masa kini, dan masa depan, tentang sikap antisipatif, partisipatif, dan kolaboratif masyarakat di bidang lingkungan hidup. Prinsip pembangunan lingkungan yang berkelanjutan tidak akan benar-benar berkelanjutan jika masih berpusat pada satu tangan. Mengeliminasi perspektif tangan besi, dan menggantinya dengan perspektif partisipasi, akan memudahkan proses pembangunan lingkungan yang sesuai dengan harapan dan kepentingan. Berdampak, bukan hanya untuk negara tetapi, meliputi kepentingan dunia. en_US
dc.description.abstract Ecological citizenship ibarat proyek hidup-mati bagi setiap orang di belahan bumi. Menyelamatkan embrio kehidupan alam, sebagai bekal menata hidup mendatang. Pergerakan kecil dari setiap bagian di bumi merupakan kontribusi yang berdampak pada kehidupan kita nanti. Gerakan ecological citizenship bertumpu pada kesadaran, tanggung jawab, dan komitmen setiap manusia untuk berkontribusi pada lingkungannya. Setiap negara wajib mengusung komitmen pasti, dalam rangka menyelamatkan bumi. Terlebih, bagi negara penganut sistem demokrasi, setiap warga negaranya bukanlah benda mati, tetapi insan yang berkontribusi mempersiapkan generasi. Setiap umat manusia memiliki konsep diri untuk merealisasi aksi dalam bidang ekologi berbasis partisipasi. en_US
dc.description.sponsorship Amerta Media en_US
dc.language.iso other en_US
dc.publisher Amerta Media en_US
dc.relation.ispartofseries 1;1
dc.subject Research Subject Categories::SOCIAL SCIENCES en_US
dc.title Ecological Citizenship (Kewarganegaraan Ekologis): dalam Perspektif Teori dan Riset en_US
dc.type Book en_US


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

  • Buku [1503]
    Repositori untuk bidang buku

Show simple item record

Search DSpace


Browse

My Account