Repo Dosen ULM

TOPENG BANJAR: MENYIBAK SEJARAH DAN KEARIFAN LOKAL PENTAS TRADISI

Show simple item record

dc.contributor.author NOORTYANI, RUSMA
dc.contributor.author TAQWIEM, AHSANI
dc.date.accessioned 2023-06-05T10:03:51Z
dc.date.available 2023-06-05T10:03:51Z
dc.date.issued 2018-12
dc.identifier.citation APA en_US
dc.identifier.uri https://repo-dosen.ulm.ac.id//handle/123456789/32318
dc.description.abstract Tujuan yang ingin diperoleh dari hasil penelitian ini untuk menemukan simbol dan makna dalam topeng banjar ditinjau dari etnografi. Secara rinci, penelitian ini berupaya menemukan sejarah topeng Banjar secara umum dan keadaan nyata topeng banjar, mendeskripsikan norma dan nilai kearifan lokal yang terkandung pada pentas tradisi topeng banjar, dan mendeskripsikan kearifan lokal dari simbol-simbol tari topeng banjar di Desa Banyiur Luar Kelurahan Basirih Kecamatan Banjarmasin Barat. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti menggunakan metode kualitatif dengan ciri-ciri yang dikemukakan Bogdan dan Biklen (1998:27-30) yakni (1) menggunakan latar alami sebagai sumber data langsung dan peneliti sebagai instrumen utama, (2) bersifat deskriptif, (3) lebih memperhatikan proses daripada hasil, (4) cenderung menganalisis data secara induktif, dan (5) makna merupakan perhatian utama. Metode ini sangat tepat digunakan dalam penelitian ini karena meneliti subjek dan dilakukan pada satu pentas tradisi. Hasil penelitian diperoleh (1) Sejarah tari dengan mengenakan topeng sudah dikenal sejak jaman Majapahit. Raja Brawijaya Masyur sebagai penari topeng yang piawai. Demikian pula di Kalimantan Selatan, tari atau teater dengan mengenakan topeng sudah berkembang pada ratusan tahun yang lalu. Ini dapat dibuktikan berdasarkan tuturan Maspiaty anak keturunan dari Hj. Siti Asiah (85 tahun). Catatan-catatan tua berupa prasasti atau lontar juga telah menyinggung tentang adanya tari topeng atau kelompok pemain topeng, (2) Norma-norma dan nilai-nilai itu secara simbolis ditampilkan melalui peragaan dalam bentuk tradisi manuping yang dilakukan oleh seluruh masyarakat (keturunan) pendukungnya. Pemaknaan simbol atau penafsiran simbol diklasifikasikan menjadi tiga cara dalam memaknai simbol, di antaranya: Exegetical Meaning, Operational Meaning, dan Positional Meaning, (3) Kearifan lokal yang dimaksud dapat tercermin dalam kegiatan kepercayaan yang dianut sebagai komponen utama dalam pengaturan sistem kehidupan bermasyarakat. Proses regenerasi kearifan lokal dilakukan melalui tradisi manuping. Kearifan lokal yang tercermin dari tradisi pentas manuping antara lainL Pertama, Membersihkan topeng yang dimiliki oleh keturunan pelaksana tradisi manuping setiap tahun. Keturunan tradisi manuping membersihkan topeng dengan tapung tawar. Hal tersebut dapat dimaknai adanya nilai-nilai yang mengatur kearifan lokal setempat, terkandung nilai persahabatan dengan alam. Saran kepada para pembuat kebijakan bidang kebudayaan (Pemerintah Daerah) disarankan agar memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai bahan untuk merancang dan menentukan arah kebijakan. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan media untuk melindungi, mempertahankan, mengembangkan, dan melestarikan keberadaan tradisi menuping sebagai kekayaan budaya etnik Banjar en_US
dc.language.iso other en_US
dc.subject topeng banjar, sejarah tradisi, kearifan lokal, pentas tradisi en_US
dc.title TOPENG BANJAR: MENYIBAK SEJARAH DAN KEARIFAN LOKAL PENTAS TRADISI en_US
dc.type Other en_US


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search DSpace


Browse

My Account