Repo Dosen ULM

KAJIAN SOSIAL-EKONOMI RUMAH POTONG UNGGAS KOTA BANJARMASIN

Show simple item record

dc.contributor.author Muzdalifah, Muzdalifah
dc.contributor.author Muttaqin, Hidayatullah
dc.contributor.author Subroto, Wisnu
dc.contributor.author Pahlevi, Reja
dc.date.accessioned 2023-05-31T14:10:34Z
dc.date.available 2023-05-31T14:10:34Z
dc.date.issued 2022-12-27
dc.identifier.uri https://repo-dosen.ulm.ac.id//handle/123456789/32116
dc.description.abstract Kajian Sosial Ekonomi Rumah Potong Unggas Kota Banjarmasin adalah penelitian untuk mengetahui bagaimana potensi permintaan jasa pemotongan ayam pedaging di Kota Banjarmasin, bagaimana kelayakan keuangan jika didirikan RPU modern di kawasan RPH Basirih, dan bagaimana dampak sosial ekonominya. Usaha memenuhi kebutuhan masyarakat akan daging ayam yang layak dan higienis dari sisi kesehatan dan memenuhi standar halal, serta tercukup dari sisi kuantitas merupakan isu strategis yang melatarbelakangi kajian ini. Untuk memperoleh data potensi permintaan jasa pemotongan ayam, struktur biaya dan struktur pendapatan jasa dilakukan surveilapangan. Untuk mengetahui layak tidaknya proyek investasi pembangunan RPU dilakukan analisis kelayakan keuangan dengan menggunakan Net Presen Valua (NPV), Internal Rate of Retunr (IRR),Benefit Cost Ratio (BCR), Profitability Index (PI), Payback Period (PP) dan Discounted Payback Period (DPP) dengan periode penilaian selama 10 tahun dan asumsi tingkat diskonto sebesar 10,00%.Kajian analisis kelayakan keuangan RPU Basirih terbagi ke dalam dua model proyek investasi. Pertama, model investasi RPU secara lengkap yang meliputi 5 RPU mekanis dengan total biaya sebesar Rp22,89 milyar dan investasi RPU secara parsial yang mencakup 1 RPU mekanis dengan biaya Rp3,76 milyar. Penyertaan modal daerah untuk proyek investasi Model Pertama adalah Rp3,00 milyar dan selebihnya dibiayai dari kredit perbankan sedangkan Model Kedua dibiayai sepenuhnya oleh Pemerintah Kota. Jika dalam proyek investasi Model Pertama rata-rata pemotongan ayam mencapai 45.000 ekor per hari pada tahun pertama, harga jasa potong dapat ditekan hingga Rp750 per ekor dengan kondisi tetap layak secara finansial. Pada Model Kedua,untuk mendapatkan layak dari sisi keuangan pemotongan ayam harus dapat mencapai 6.000 ekor per hari dengan biaya jasa potong minimal Rp1.000 per ekor dalam tahun pertama. Kajian ini merekomendasikan proyek investasi Model Pertama karena dengan pemotongan ayam sebanyak 45.000 ekor per hari pada tahun pertama lebih memadai dalam memenuhi kebutuhan pedagang dan masyarakat di Kota Banjarmasin dibandingkan dengan Model Kedua. Penyertaan modal Pemerintah Kota Banjarmasin untuk BUMD yang akan mengelola RPU Basirih juga akan lebih kecil pada Model Pertama dibanding Model Kedua. Sedangkan kelayakan finansial Model Pertama juga lebih baik dan lebih menguntungkan dibandingkan Model Kedua. Tingkat harga jasa potong ayam Model Pertama juga dapat lebih murah dibandingkan Model Kedua. Namun jika DKP3 Kota Banjarmasin memilih Model Kedua, maka syarat agar layak secara finansial adalah jasa potong ayam pada tahun pertama mencapai rata-rata 6.000 ekor per hari dengan tingkat harga jasa minimal Rp1.000 per ekor. Pemenuhan syarat dan asumsi sebagaimana dibahas dalam Bab Kelayakan Keuangan I dan Bab Kelayakan Keuangan II sangat penting untuk mencapai investasi RPU Basirih menjadi layak secara finansial. Potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari kegiatan RPU Basirih pada model proyek investasi pertama adalah Rp 351,00 juta pada tahun pertama jika tarif retribusi Rp25 per ekor dan Rp1,05 milyar jika tarif retribusi Rp75 per ekor. Sedangkan jika Model Kedua yang dilaksanakan, PAD yang diperoleh di tahun pertama sebesar Rp46,80 juta dengan tarif retribusi Rp25 per ekor. Tarif Rp75 per ekor tidak dapat diimplimentasikan karena akan membuat Model Kedua tidak layak secara finansial.Pedagang grosir memenuhi sebagian besar kebutuhan ayam potong di Kota Banjarmasin,Pemasok ayam untuk pedagang grosir di RTH Basirih dipasok dari Kabupaten Pelaihari. Ayam dari pengusaha grosir di RPH Basirih dan hanya Sebagian kecil yang didistribusikan ke Kabupaten lain, sedangkan yang dihasilkan pedagang retail seluruhnya didistribusikan ke pasar-pasar tradisional di Kota Banjarmasin. Besarnya dana untuk konsumsi daging ayam ras untuk Kota Banjarmasin tahun 2022 adalah sebesar Rp.233.452/tahun/kapita. Permintaan ayam potong di Kota Banjarmasi terus meningkat begitu juga dengan proyeksinya seiring dengan peningkatan jumlah penduduk.iii Potensi persaingan bisnis antar pedagang grosir relatif tidak besar mengingat berapa banyak ayam potong yang dihasilkan dari RPH, akan diserap oleh pasar. Potensi dampak terhadap lapangan kerja cukup besar karena kebutuhan tenaga kerja di usaha pemotongan unggas modernhanya memerlukan kurang lebih 6 orang pekerja dengan kapasitas pemotongan 1.000 ekor/jam sedangkan saat ini ada 20 pekerja, berdampak positif terhadap lingkungan, karena berkurangnya limbah dan material pencemar. Potensi dampak sosial bersumber dari kemungkinan pekerja yang kehilangan mata pencaharian, yang berpotensi menimbulkan kerawanan sosial, selain itu juga jika proses pemotongan unggas yang dilakukan selama ini diketahui oleh masyarakat akan berpeluang pada berkurangnya minat masyarakat untuk membeli ayam yang dipotong di RPH Basirih dan tempat lainnya karena tidak memperhatikan syarat ASUH dalam ketersediaan bahan pangan en_US
dc.description.sponsorship Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan en_US
dc.language.iso other en_US
dc.subject Rumah Potong Unggas, Kota Banjarmasin, Kelayakan, Modern en_US
dc.title KAJIAN SOSIAL-EKONOMI RUMAH POTONG UNGGAS KOTA BANJARMASIN en_US
dc.type Other en_US


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search DSpace


Browse

My Account