dc.description.abstract |
Perkembangan ekonomi dalam bentuk kenaikan pendapatan per kapita yang terjadi dalam kurun yang cukup lama biasanya disertai dengan berbagai proses transformasi sosial ekonomi. Salah satu bagian penting dari proses tersebut adalah pergeseran pada struktur produksi atau perubahan komposisi PDB menurut sektor dan lapangan usaha. Berkaitan dengan pergeseran pada struktur produksi tersebut, struktur ketenagakerjaan juga mengalami perubahan. Peranan sektor pertanian dalam PDB dan penyerapan tenaga kerja cenderung semakin menurun. Sedangkan peranan sektor lain seperti sektor industri dan jasa makin meningkat baik dalam produksi mapun dalam penyerapan tenaga kerja (Ananta, 1993). Disamping itu sebagai akibat kedua, pola transformasi struktur produksi selama pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh perkembangan dalam distribusi pendapatan (Anwar, 1985 dalam Ananta, 1993).
Pada dasarnya proses transformasi sosial ekonomi mendorong terjadinya mobilitas pekerjaan yang merupakan aktivitas manusia dalam rangka optimalisasi pemenuhan kebutuhannya dan dilatar belakangi oleh berbagai faktor-faktor tertentu. Perubahan dalam mobilitas pekerjaan dipengaruhi secara langsung oleh tingkat pendapatan yang dimiliki seseorang. Lebih lanjut, perubahan ini juga dapat mempengaruhi tingkat kesejahteraan, dan berdampak besar pada pasar tenaga kerja dan kesempatan kerja serta berpengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi. Mobilitas pekerjaan dapat pula merupakan salah satu cara untuk memperbaiki standar hidup dan kesejahteraan.
Teori dan riset emperis yang berlaku sudah lama mengemukakan dan membenarkan dalil-dalil bahwa dalam tahap-tahap awal pembangunan ekonomi menyangkut perpindahan sumber daya manusia, fisik dan keuangan dari daerah-daerah dan sektor-sektor yang agak lamban (daerah pedesaan pada sektor pertanian) ke daerah-daerah dan sektor-sektor yang lebih dinamis dan yang lebih luas (daerah perkotaan pada sektor sekunder dan tersier). Pemindahan struktural yang terjadi melalui pemindahan sumber daya seperti itu memang ada keuntungan dan kerugiannya tetapi ada juga kemungkinan bahwa proses ini menimbulkan efek positif bersih (net positive effect) atas faktor produktivitas dan karena itu atas produksi secara keseluruhan di samping atas distribusi menurut daerah dan sektor (Papanek, 1987).
Penilaian makro yang begitu optimis mengenai proses pembangunan ekonomi, betapapun benarnya, cukup terbatas nilainya bagi perencana pembangunan. Pembuat kebijakan di negara-negara berkembang akhir-akhir ini telah menyadari bahwa pembangunan dalam jangka pendek mempunyai berbagai sisi negatif yang sering kali harus ditanggung secara tidak seimbang oleh kelompok-kelompok tertentu. Masalah-masalah pengangguran, kemiskinan dan pembagian pendapatan yang tidak adil dan tidak merata merupakan contoh dari masalah penting dengan akibat langsung yang menyelesaikannya tidak dapat dibiarkan tergantung begitu saja pada penyesuaian jangka panjang.
Pengalaman di negara berkembang dewasa ini memperlihatkan cepatnya laju pertumbuhan penduduk yang kurang dapat didukung oleh laju pertumbuhan ekonomi sehingga mengakibatkan meluasnya tingkat kemiskinan. Makin terbatasnya lahan pertanian dan sempitnya lapangan kerja telah mendorong orang meninggalkan daerah mereka untuk mencari pekerjaan di daerah perkotaan. Proses mobilitas penduduk dianggap bermanfaat secara sosial karena sumber daya manusia dipindahkan dari lokasi-lokasi dimana produk sosial marginalnya (social marginal product) dianggap sama dengan nol ke tempat-tempat dimana produk marginal tersebut tidak hanya positif tetapi juga tumbuh dengan cepat akibat dari akumulasi modal dan kemajuan teknologi.
Kecepatan mobilitas penduduk dari desa ke kota merupakan akibat dari lajunya perkembangan kota dan sekitarnya sehingga meningkatkan kesempatan kerja dan menarik tenaga kerja dari sekitar kota tersebut (Bintarto, 1983). Dengan demikian peningkatan jumlah penduduk kota sebagian besar diakibatkan oleh adanya penduduk migranbaik dari desa maupun daerah pinggiran sekitar yang masuk ke kota yang melakukan urbanisasi dengan tujuan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih bervariasi dan mendapatkan pendapatan yang lebih besar daripada di daerah asal.
Lee (1966), Todaro (1979) dan Titus (1982) berpendapat bahwa motivasi seseorang untuk berpindah adalah motif ekonomi. Motif ekonomi berkembang akibat adanya ketimpangan ekonomi antar daerah. Todaro menganggap sebagai motif utama adalah pertimbangan ekonomi yang rasional yaitu untuk memperoleh pekerjaan dan harapan pendapatan yang lebih tinggi.
Menurut Chenery dan Syrquin (1975) dalam Rusland (1993) perekonomian terus menerus dalam keseimbangan, serangkaian peristiwa yang saling berhubungan mulai dengan perubahan permintaan dan perdagangan menuju industrialisasi pada gilirannya menghasilkan suatu perpindahan tenaga kerja dari pekerja pedesaan ke perkotaan. Perpindahan penduduk dari desa ke kota (migrasi desa-kota) merupakan faktor utama yang mendorong pesatnya pertumbuhan kota.
Implikasi yang lebih jauh dengan adanya perpindahan tenaga kerja secara geografis akan membawa penyesuaian jenis pekerjaan yang digeluti penduduk migrandi daerah tujuan. Penyesuaian jenis pekerjaan akan mengakibatkan terjadinya mobilitas pekerjaan bagi penduduk migran yang disebabkan adanya tuntutan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin kompleks. Memperhatikan berbagai hasil penelitian dan informasi maka implikasi adanya penduduk migran diperkotaan diantaranya adalah struktur ekonomi menjadi bervariasi, meluasnya sektor wiraswasta, meningkatnya sektor pendidikan, meningkatnya permasalahan sosial dan perubahan tata guna lahan. Madris (1998) menjelaskan bahwa perbedaan laju pertumbuhan ekonomi antar sektor dalam suatu periode tertentu akan mengakibatkan terjadinya pergeseran struktur ekonomi. Pada gilirannya akan mempengaruhi struktur lapangan pekerjaan (derived demand). Dimana laju pertumbuhan ekonomi dan lapangan pekerjaan yang bervariasi antar sektor menyebabkan perubahan sektor struktur keduanya.
Pemanfaatan sumber daya di kota pada khakekatnya meninggikan ratio antara tenaga, kerja kapital dan teknologi dengan tanah (Reksohadiprojo dan Karseno, 1994). Kondisi diatas menggambarkan tuntutan kebutuhan hidup penduduk yang semakin tinggi sehingga mendorong penduduk kota untuk meningkatkan mobilitasnya guna mencari peluang ekonomi yang diharapkan dan dapat memenuhi harapan kehidupan yang lebih baik. |
en_US |