Repo Dosen ULM

Determinan Pertumbuhan Kota (Tinjauan Teoritik)

Show simple item record

dc.contributor.author Yunani, Ahmad
dc.date.accessioned 2021-05-10T01:34:45Z
dc.date.available 2021-05-10T01:34:45Z
dc.date.issued 2019-05
dc.identifier.isbn 978-602-0726-96-0
dc.identifier.uri https://repo-dosen.ulm.ac.id//handle/123456789/19837
dc.description.abstract Pembangunan mengalami redefinisi, yang pada era sebelum 1970 an pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja yang sering diukur berdasarkan tingkat kemajuan struktur ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Tinggi rendahnya kemajuan pembangunan suatu Negara hanya diukur dengan berdasarkan tingkat pertumbuhan Gross National Income (GNI) yang diyakini dapat menetes ke bawah (tricle down effect). Setelah era 1970 definis pembangunan pembangunan ekonomi mengalami redefinisi penghapusan atau pengurangan kemiskinan, penanggulangan ketimpangan pendapatan, penyediaan lapangan kerja yang berdasarkan redistribusi hasil pembangunan yang lebih merata. (Todaro dan Smith, 2006) Peranan pemerintah sangat penting dalam keberhasilan pembangunan yang tercermin pada penerimaan luas yang nyaris bersifat universal atas peranan dan fungsi perencaan pembangunan sebagai jalur yang paling langsung dan paling meyakinkan untuk mencapai kemajuan ekonomi. Perencanaan ekonomi sebagai upaya yang dilakukan secara sengaja oleh pemerintah untuk mengkordinasikan segenap proses pembuatan keputusan ekonomi dalam jangka panjang dari pemilihan kegiatan implementasi, kordinasi dan pemantauan rencanan pembangunan. Sumber pertumbuhan ekonomi berasal dari tingkat tabungan dan pertumbuhan capital (physical capital) seperti yang dikembangkan oleh Harold (1939) – Domar (1946), Solow (1956) maupun human capital dalam teori pertumbuhan endogen (endogenues growth). Eksternalitas teknologi dan human capital sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi yang diperluas dengan memperhatikan karakteristik dasar suatu negara (Bradley dan Gans 1998). Peran karakteristik dasar suatu negara menjelaskan perbedaan pertumbuhan output per kapita, dikemukakan dalam studi pertumbuhan ekonomi menggunakan analisis lintas negara yang diaplikasikan pada tingkat regional dalam analisis pertumbuhan regional (Barro, 1989. Glaeser et. Al (1995), Bradley dan Gans (1998) memperluas penggunaan karakteristik dasar suatu wilayah untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi di tingkat kota secar cross section. Kegiatan perekonomian yang mendominasi di negara maju adalah perekonomian perkotaan dengan berbagai masalah perkotaan seperti pertumbuhan perkotaan, penggunaan lahan perkotaan, persaingan kegiatan ekonomi, social dan politik pada tata ruang perkotaan (Rahardjo, 2005). Peran kota sebagai pusat aktivitas utama ekonomi sehingga pertumbuhan kota perlu diperhitungkan. Kota mempunyai aktivitas ekonomi yang mendominasi aktivitas perekonomian suatu negara. Kota dapat dipandang sebagai mesin inovasi dan pertumbuhan perekonomian modern sebagai penyedia komoditas penting yaitu informasi. Kota mempermudah kegiatan produksi barang dan jasa serta aktivitas perekonomian lainnya. Kota memnyediakan penawaran berbagai produk barang dan jasa yang meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan bagi penduduknya, disisi lain kota juga menghadapi berbagai permasalahan. Berbagai permasalahan perkotaan yang menonjol dan menarik untuk dianalisisi seperti kemiskinan, diskriminasi, kriminalitas, kerawanan social, degredasi lingkungan,pertumbuhan daerah metropolitan, konflik pusat kota dengan daerah pinggiran dan lainnya. Masalah – masalah perkotaan tersebut semakin kompleks seiring dengan pertumbuhan kota yang bertambah pesat dan luas. Analisis pertumbuhan ekonomi pada tingkat regional terutama kota memberikan manfaat untuk melengkapi analisis tingkat negara secara mendalam, pertama kota lebih terbuka secara ekonomi, dan mobilitas factor produksi semakin besar, kedua banyak studi pertumbuhan secara cross section mengarahkan pada pemikiran yang penting bagi pertumbuhan, ketiga studi pertumbuhan ekonomi lintas negara difokuskan pada social politik sebagai sumber pertumbuhan ekonomi. Peran kota sebagai pusat aktivitas utama ekonomi menjadi daya tarik mengapa pertumbuhan kota perlu diperhatikan, populasi kota yang besar, pertumbuhan kota diukur dengan menggunakan pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja dengan aspek yang mempengaruhinya seperti kepadatan penduduk, spesialisasi ekonomi, ratio penduduk kota terhadap penduduk propinsi (primacy), manufaktur dan tingkat pendidikan, serta pendapatan dan pengeluaran pemerintah (Imam dan Bambang, 2004). Pertumbuhan kota dilihat dari perkembangan penduduknya, penduduk Indonesia yang tinggal perkotaan yang tinggal pada tahun 1920 (5,8% dalam Soegijoko dan Bulkin, 1994), pada tahun 1980 penduduk kota telah mencapai 22,3% dan tahun 1990 meningkat menjadi 30,9% (Firman dan Prabatmojo, 2001). Penduduk perkotaan di Indonesia diperkirakan akan menjadi dua kali lipat dari jumlah yang ada pada saat ini dalam 69 tahun mendatang (Tjiptoheriyanto, 1997). en_US
dc.publisher CV IRDH en_US
dc.title Determinan Pertumbuhan Kota (Tinjauan Teoritik) en_US
dc.type Book en_US


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

  • Buku [1355]
    Repositori untuk bidang buku

Show simple item record

Search DSpace


Browse

My Account