dc.description |
Organ kelamin primer jantan atau testes memiliki dua fungsi utama, yaitu sebagai penghasil sel-sel kelamin jantan (spermatozoa) dan hormon kelamin jantan (androgen). Spermatozoa diproduksi di tubuli seminiferi dan selanjutnya dibawa menuju epididimis. Epididimis merupakan saluran eksternal pertama yang keluar dari testis dibagian apeks testis menurun longitudinal pada permukaan testis. Epididimis terbagi menjadi tiga bagian yaitu, caput (kepala) epididimis, corpus (badan) epididimis, dan cauda (ekor) epididimis. Secara umum epididimis berfungsi sebagai tempat transport, konsentrasi, maturasi dan penyimpanan spermatozoa. Penelitian terhadap pemanfaatan spermatozoa asal epididimis telah dilakukan, mulai dari teknik koleksi spermatozoa asal epididimis (Roels et al., 2014) sampai dengan pemakaian pengencer dan kriopreservasi (Melo et al., 2008; Papa et al., 2008; Guasti et al., 2009; Monteiro, et al., 2011). Kemampuan cauda epididimis dalam mempertahankan viabilitas spermatozoa sangat ditunjang oleh kondisi di dalam lingkungan cauda epididimis (Martins et al., 2009; Bertol et al., 2013). Viabilitas spermatozoa cauda epididimis pada temperatur ruang 18-20oC hanya bertahan selama 30 jam (Bertol et al., 2013). Untuk mempertahankan viabilitas serta kemampuan fertilitas yang baik, maka spermatozoa cauda epididimis perlu mendapatkan penanganan lebih lanjut (Solihati et al., 2008). Upaya penanganan spermatozoa cauda epididimis dapat dilakukan melalui proses preservasi, yaitu pengenceran dan penyimpanan spermatozoa pada kondisi temperatur yang rendah. Pengenceran bertujuan agar spermatozoa dapat memenuhi kebutuhan kimiawi maupun fisik, sehingga dapat mempertahankan motilitasnya, disamping juga dengan pengenceran terbukti mampu menekan laju penurunan daya tahan spermatozoa (Widjaya, 2011) Berbagai penelitian penggunaan pengencer terhadap kemampuannya dalam mempertahankan motilitas dan viabilitas spermatozoa cauda epididimis telah dilakukan seperti pengencer susu, tris dan sitrat kuning telur pada sapi peranakan ongole (Solihati et al., 2008), pengencer sari wortel pada sapi bali (Parera et al., 2009) dan pengencer laktosa pada kambing peranakan ettawa (Riyadhi et al., 2017). Pemanfaatan air kelapa muda sebagai pengencer telah dilaporkan dengan hasil yang baik (Rizal et al., 2017), dimana air kelapa muda ternyata dapat menyediakan kebutuhan fisik dan kimiawi spermatozoa seperti unsur makro berupa
karbohidrat dan juga protein asam amino. Jenis karbohidrat fruktosa pada air kelapa muda, merupakan gula yang mudah dirubah menjadi sumber energi sehingga dapat dimanfaatkan oleh spermatozoa (Anwar et al., 2015). Fruktosa juga merupakan sumber energi utama yang terdapat pada seminal plasma (Stevanov et al., 2015). Namun demikian air kelapa tidak mampu melindungi spermatozoa pada temperatur rendah, sehingga perlu penambahan kuning telur yang berfungsi sebagai anti cold shock (Pillet et al., 2011). Pemanfaatan air kelapa muda sebagai bahan pengencer pada semen kerbau rawa belum banyak dilaporkan, terlebih yang bersumber dari spermatozoa cauda epididimis, padahal air kelapa muda memiliki potensi sebagai sumber energi alternatif serta mudah diperoleh. Hasil penelitian bertujuan untuk menguji kemampuan air kelapa muda sebagai pengencer alternatif dalam mempertahankan viabilitas spermatozoa cauda epididimis kerbau rawa yang dipreservasi pada suhu 3–5oC. Selain itu juga diharapkan dapat menjadi informasi tambahan mengenai pemanfaatan bahanbahan alami sebagai pengencer alternatif yang murah dan mudah diperoleh. |
en_US |
dc.description.abstract |
Penelitian bertujuan untuk mengetahui viabilitas spermatozoa cauda epididimis pada berbagai konsentrasi pengenceran menggunakan air kelapa muda dan kuning telur yang disimpan pada temperatur 3-5oC. Pengencer Tris 80% + 20% kuning telur digunakan sebagai kontrol (P1), selanjutnya perlakuan menggunakan pengencer air kelapa muda 90% + 10% kuning telur (P2), air kelapa muda 85% + 15% kuning telur (P3) dan air kelapa muda 80% + 20% kuning telur (P4). Viabilitas spermatozoa yang diamati setiap hari meliputi persentase motilitas dan persentase hidup sampai mencapai motilitas minimum 30%. Hasil penelitian menunjukkan persentase motilitas tertinggi pada hari ke-4 terdapat pada perlakuan P4 sebesar 31.8 %, berbeda nyata (P<0.05) dengan P3 sebesar 10.5 % dan P2 sebesar 2.5 % serta dengan P1 sebesar 4.2 %. Pada persentase hidup spermatozoa, perlakuan P4 juga menunjukan nilai 50.3 %, berbeda sangat nyata (P<0.05) dengan perlakuan P1, P2 serta P3 berturut-turut adalah 27.8 %, 26.4 %, dan 32.9 %. Kesimpulan dari penelitian menunjukkan bahwa pengenceran dengan perlakuan P4 (80% air kelapa dan 20% kuning telur) mampu mempertahankan viabilitas spermatozoa cauda epididimis kerbau rawa selama proses penyimpanan hingga empat hari di dalam refrigerator dengan suhu 3–5oC. |
en_US |