dc.description |
Kerbau rawa (Bubalus bubalis carabanensis) merupakan kerbau yang dipelihara secara tradisional pada daerah-daerah berawa-rawa yang tergenang air hampir selama enam bulan pertahun di Kalimantan Selatan [7]. Populasi kerbau rawa di Kalimantan Selatan semakin menurun, tercatat pada tahun 2004 sebanyak 38.488 ekor (Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan, 2004) dan pada tahun 2011 tercatat 23.843 ekor [17], atau menurun sebesar 38,05%. Pada tahun 2014, populasi ternak kerbau di Kalimantan Selatan sebanyak 25.314 ekor [4]. Salah satu cara untuk mempercepat peningkatan populasi ternak kerbau adalah dengan penerapan teknologi reproduksi inseminasi buatan (IB). Dengan teknologi IB, potensi reproduksi jantan unggul dapat dioptimalkan. Hal ini karena salah satu teknologi yang
terintegrasi dengan IB adalah teknologi pengolahan semen. Tujuan utama pengolahan semen adalah meningkatkan kapasitas semen untuk melayani lebih banyak ternak betina. Untuk mencapai tujuan ini, semen diencerkan dengan bahan-bahan pengencer tertentu, yang memenuhi syarat seperti: sumber energi, penyangga, tidak toksik, mencegah kerusakan pada spermatozoa, murah, dan mudah diperoleh [18]. Selama ini yang lazim dimanfaatkan sebagai komponen pengencer semen adalah senyawa-senyawa kimia sintetik. Senyawa kimia tersebut umumnya berharga cukup mahal dan tidak mudah diperoleh di daerah-daerah tertentu, karena merupakan produk impor. Indonesia sebagai negara tropis sebenarnya memiliki berbagai macam sumber daya alam yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pengencer semen berbasis alami. Pemanfaatan berbagai bahan pengencer alternatif berbahan alami telah dilaporkan, seperti air kelapa muda pada sapi American brahman [11], kerbau belang [18], domba priangan [9] dan domba garut [13] nira aren pada domba garut [5], serta ekstrak buah melon dan wortel pada domba garut [22]. Nira aren dan air kelapa muda dapat digunakan sebagai bahan pengencer semen karena mengandung berbagai nutrien seperti karbohidrat, protein yang dibutuhkan oleh spermatozoa selama proses preservasi semen. Nira aren dan air kelapa muda juga memiliki pH yang sama dengan pH semen yakni sekitar 6–7, sehingga tidak menjadi masalah bagi spermatozoa. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas nira aren dan air kelapa muda terhadap persentase spermatozoa motil semen kerbau rawa yang dipreservasi pada suhu 5oC. Diharapkan hasil penelitian ini menjadi solusi dalam mengatasi mahalnya harga bahan kimiawi sintetik yang selama ini lazim digunakan sebagai pengencer semen. |
en_US |