dc.contributor.author |
RIZAL, MUHAMMAD |
|
dc.contributor.author |
RIYADHI, MUHAMMAD |
|
dc.contributor.author |
IRAWAN, BAMBANG |
|
dc.contributor.author |
WAHDI, ANIS |
|
dc.contributor.author |
HABIBAH |
|
dc.contributor.author |
HERDIS |
|
dc.date.accessioned |
2021-02-19T01:05:07Z |
|
dc.date.available |
2021-02-19T01:05:07Z |
|
dc.date.issued |
2017-12-04 |
|
dc.identifier.issn |
2477-5665 |
|
dc.identifier.issn |
1411-8327 |
|
dc.identifier.uri |
https://repo-dosen.ulm.ac.id//handle/123456789/19039 |
|
dc.description |
Sapi persilangan merupakan hasil persilangan antara sapi lokal Indonesia dan sapi impor jenis sapi potong, yang di daerah Kalimantan Selatan lebih dikenal dengan nama sapi kisar. Peternak di beberapa daerah di Kalimantan Selatan senang memelihara sapi kisar tersebut karena memiliki performans yang baik. Kondisi fisik sapi kisar umumnya lebih besar daripada sapi lokal, dan mampu beradaptasi dengan baik terhadap kondisi lingkungan Kalimantan Selatan, sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi suatu peternakan komersial. Peningkatan produktivitas sapi persilangan ini dapat dipercepat dengan penerapan berbagai teknologi di bidang peternakan yang telah berkembang dengan pesat, mulai dari teknologi pakan hingga reproduksi. Khusus untuk teknologi reproduksi, pada saat ini, inseminasi buatan (IB) merupakan teknologi yang tepat untuk diterapkan pada peternakan. Inseminasi buatan merupakan teknologi yang dapat mengatasi keterbatasan jumlah pejantan unggul, serta kapasitas reproduksi pejantan dapat dimanfaatkan secara maksimal. Selama ini dalam aplikasi teknologi IB umumnya spermatozoa yang dimanfaatkan adalah merupakan hasil ejakulasi yang ditampung dengan vagina buatan. Ada alternatif lain yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber spermatozoa, yaitu spermatozoa asal cauda epididimis. Cauda epididimis merupakan tempat penyimpanan spermatozoa sebelum diejakulasikan (Toelihere, 1993). Spermatozoa yang terdapat pada cauda epididimis merupakan spermatozoa yang sudah matang karena telah mengalami proses pematangan pada bagian caput dan corpus epididimis (Toelihere, 1993; Hafez, 2000). Menurut Rizal (2004) upaya pengolahan spermatozoa yang dikoleksi dari epididimis dalam bentuk semen cair atau semen beku untuk keperluan aplikasi berbagai
teknologi reproduksi, menjadi metode alternatif yang dapat diterapkan pada ternak atau hewan yang memiliki kualitas genetik unggul tetapi tidak dapat ditampung semennya. Selanjutnya dinyatakan bahwa metode ini juga menjadi alternatif dalam upaya penyelamatan plasma nutfah ternak atau hewan jantan yang mati secara mendadak serta hewan-hewan langka dan buas. Hingga saat ini yang lazim dimanfaatkan sebagai komponen pengencer semen adalah senyawa-senyawa kimia sintetik. Senyawa kimia tersebut umumnya berharga cukup mahal dan tidak mudah diperoleh di daerahdaerah tertentu, karena merupakan produk impor. Indonesia sebagai negara tropis sebenarnya memiliki berbagai macam sumber daya alam yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pengencer semen. Pemanfaatan berbagai bahan pengencer alternatif berbahan alami telah dilaporkan, seperti air kelapa muda pada semen kerbau belang (Toelihere, 1993), semen domba priangan (Qomariyah et al., 2001), dan semen domba garut (Rizal et al., 2006); nira aren pada semen kerbau rawa (Rizal dan Riyadhi, 2016); ekstrak buah melon dan wortel pada semen domba garut (Yulnawati et al., 2005) dan spermatozoa epididimis sapi bali (Parera et al., 2009); dan air buah lontar pada semen sapi bali (MataHine et al., 2014). Bahan-bahan tersebut diperkaya dengan berbagai komponen tambahan seperti kuning telur, antibiotik (Akhter et al., 2007; Kulaksiz et al., 2010) sehingga terbentuk suatu pengencer semen yang lengkap dan dapat memenuhi kebutuhan spermatozoa selama preservasi, terutama saat preservasi pada suhu rendah. Pada penelitian ini dilakukan preservasi spermatazoa cauda epididimis sapi persilangan menggunakan pengencer air kelapa muda yang dikombinasikan dengan beberapa konsentrasi kuning telur ayam ras. Tujuan penelitian dengan materi spermatozoa cauda epididimis sapi persilangan yang diencerkan dengan bahan alami ini adalah untuk mengetahui daya hidup spermatozoa dalam pengencer tersebut selama preservasi pada suhu 5oC, sehingga masih layak digunakan dalam program IB. |
en_US |
dc.description.abstract |
Tujuan penelitian ini adalah menguji efektivitas air kelapa muda dengan berbagai konsentrasi kuning telur ayam ras dalam mempertahankan daya hidup spermatozoa epididimis sapi persilangan yang dipreservasi pada suhu 5oC. Sebanyak lima pasang testis beserta epididimis sapi persilangan diperoleh dari rumah pemotongan hewan digunakan dalam penelitian. Spermatozoa dikoleksi dengan metode bilas-tekan pada jaringan cauda epididimis menggunakan NaCl fisiologis (0,9% NaCl). Spermatozoa dibagi ke dalam empat buah tabung dengan volume yang sama dan masing-masing diencerkan dengan perlakuan: pengencer laktosa yang mengandung 20% kuning telur (kontrol), 90% air kelapa muda + 10% kuning telur (AKKT10), 85% air kelapa muda + 15% kuning telur (AKKT15), dan 80% air kelapa muda + 20% kuning telur (AKKT20). Spermatozoa yang telah diencerkan dipreservasi di dalam lemari es pada suhu 5oC. Kualitas spermatozoa meliputi persentase spermatozoa motil (SM), spermatozoa hidup (SH), dan membran plasma utuh (MPU) dievaluasi setiap hari selama empat hari. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan dan setiap perlakuan terdiri dari lima ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan konsentrasi spermatozoa, SM, SH, persentase spermatozoa abnormal, dan MPU spermatozoa epididimis segar sapi persilangan masingmasing adalah 1.414 juta sel/mL, 72%, 85%, 9%, dan 90%. Pada hari keempat preservasi, persentase SM, SH, dan MPU kontrol (43,0; 52,2; 59,2%) dan AKKT20 (42,0; 52,0; 59,0%) nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan AKKT10 (33,0; 45,4; 52,8%) dan AKKT15 (37,0; 50,0; 54,6%). Dapat disimpulkan bahwa pengencer laktosa dan AKKT20 mampu mempertahankan kualitas spermatozoa epididimis sapi persilangan selama tiga hari preservasi pada suhu 5oC dan layak digunakan dalam program inseminasi buatan, sedangkan perlakuan AKKT10 dan AKKT15 selama dua hari. |
en_US |
dc.publisher |
JURNAL VETERINER |
en_US |
dc.relation.ispartofseries |
Vol. 18 No. 4;571-579 |
|
dc.subject |
air kelapa muda |
en_US |
dc.subject |
preservasi |
en_US |
dc.subject |
spermatozoa epididimis |
en_US |
dc.subject |
sapi persilangan |
en_US |
dc.title |
DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS SAPI PERSILANGAN YANG DIPRESERVASI DENGAN AIR KELAPA MUDA PADA SUHU 5oC |
en_US |
dc.type |
Other |
en_US |