dc.description.abstract |
Budaya maritim yang dirintis oleh Kerajaan Majapahit dan Sriwijaya menjadi ‘pemantik’ semangat bahari masyarakat. Renungkan, pada masa lampau pelabuhan-pelabuhan yang dibangun di Nusantara berkembang sangat pesat hingga berhasil menjadi salah satu tempat paling ramai di kawasan Asia. Para saudagar, pelancong, bahkan penjelajah Eropa datang ke Nusantara baik sekadar menjajakan dagangan maupun bermaksud membentuk koloni. Kerajaan-kerajaan yang pernah berkuasa di daerah-daerah Nusantara, masa Hindu-Budha sampai Islam, menjadikan pesisir sebagai basis kekuatan. Mendirikan pusat militer yang bahkan pada masa revolusi fisik Indonesia (1945-1949) tetap digunakan sebagai ‘jalan’ memobilisasi pejuang ke daerah-daerah untuk menggempur penjajah. Ini tanda bahwa laut begitu penting. Meskipun demikian, bak uap air yang hilang ditelan udara. Memoar akan kejayaan maritim kita tak terdengar lagi. Segalanya telah dialihkan ke jalur darat dan udara. Keromantisan masa lalu akan jayanya maritim tidak dielukan, membuat generasi penerus kurang mengenal seluk-beluk kemaritiman. Padahal, walaupun waktu terus berubah, laut akan tetap menjadi laut yang menyimpan kekayaan alam melimpah, perlu dimanfaatkan juga dijaga dengan membangun kembali semangat maritim. Hadirnya buku ini diharapkan mampu menjadi ‘vitamin’ bagi masyarakat dalam mengenal kembali maritim utamanya kedaerahan di Indonesia. |
en_US |