dc.description |
Terdegradasinya hutan kerangas rawa (hutan kerapah) termasuk semakin langkanya keberadaan S.belangeran memerlukan suatu tindakan konservasi untuk mencegah kerusakan hutan lebih lanjut, mencegah kepunahan sumberdaya alam hayati, dan sebagai upaya memulihkan kembali kerusakan terhadap kawasan hutan kerangas rawa dan sumberdaya tumbuhan didalamnya yang merupakan bagian dari ekosistem lahan basah. S.belangeran merupakan salah satu jenis pohon dari habitat kerangas rawa yang selama ini menjadi sumberdaya pohon yang banyak ditebang masyarakat dan digunakan sebagai kayu pertukangan. Penebangan illegal yang dilakukan selama ini telah mengurangi secara signifikan tegakan pohon serta permudaan yang ada di alam serta menjadi pemicu kerusakan hutan kerangas yang terjadi.
Tujuan penelitian ini adalah menyusun model konservasi S.belangeran dari habitat hutan kerangas rawa sebagai bahan obat alami. Penelitian tahun kedua bertujuan: 1) Mengetahui kapasitas antioksidan esktrak methanol S.belangeran, 2) Mengetahui kapasitas antidiabetes esktrak methanol S.belangeran secara in vitro, 3) Menganalisis sikap masyarakat terhadap konservasi S.belangeran, 4) Menyusun strategi implementasi serta merumuskan model konservasi S.belangeran dari hutan kerangas sebagai bahan obat alami
Metode penelitian yang dilakukan meliputi: 1) Pengujian anti radikal bebas menggunakan metode mikroplate dengan mengukur absorbansi DPPH, 2) Pengujian antidiabetes ekstrak methanol S.belangeran secara in vitro terhadap daya hambat enzim α glukosidase, 3) Sikap masyarakat dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan kategori, 4) Penyusunan hierarkhi dari pilihan model pengelolaan S.belangeran untuk kepentingan konservasi menggunakan AHP.
Bioaktivitas antioksidan berdasarkan pengujian absorbansi DPPH yang terbaik berasal ekstrak methanol dari bagian kulit S.belangeran. (IC50 = 2,88 ppm) dibandingkan bagian daun S.belangeran (IC50= 18,94). Hasil pengujian daya hambat terhadap α glukosidase dari ekstrak methanol kulit S.belangeran memiliki nilai IC50 pada konsentrasi 0,816 ppm. Sikap masyarakat masih termasuk dalam kategori lemah untuk ikut aktif dalam konservasi S.belangeran. Berdasarkan hasil analisis hierarkhi proses pilihan pengelolaan terbaik terhadap S.belangeraan saat ini adalah moratorium pemanfaatan kayu untuk tetap menjaga fungsi jasa lingkungan dan nilai keberadaan biodiversitas. Temuan ini memberi peluang untuk kemungkinan penerapan konservasi terhadap S.belangeran sebagai bahan obat alami, paling tidak sifatnya untuk pemenuhan sendiri (subsisten) dengan tetap menerapkan moratorium pemanfaatan kayu.
Kata kunci : Konservasi, kerangas rawa, S. belangeran,bioakttiviras,obat alami |
|